PASURUAN – Pedagang kaki lima
(PKL) di Pasar Besar Kota Pasuruan, melakukan perlawanan hingga berhasil
menggagalkan upaya penertiban tim gabungan Satpol PP, Polisi dan Polisi
Militer, Selasa (20/12).
Seorang ibu dalam mempertahankan barang dagangannya sempat
nekad mengancam petugas dengan mengacung-acungkan pisau, sedangkan sejumlah
ibu-ibu pedagang lainnya histeris mencoba melawan untuk mempertahankan lapak
dagangannya.
Peristiwa itu terjadi saat tim gabungan mencoba memberi
pemahaman kepada pedagang agar membongkar lapak dagangannya karena
keberadaannya dianggap liar dan mengotori lokasi pasar.
Namun, PKL bersikukuh mempertahankan lapak dagangannya
selanjutnya melakukan perlawanan. Perlakuan petugas dituding tidak adil, karena
sejumlah tempat dagangan semi permanen lainnya yang berdiri di sekitar pasar,
tidak turut ditertibkan dan dibiarkan tetap berdiri.
Selain itu, petugas dianggap sewenang-wenang karena
sebelumnya rencana pernertiban itu tidak disosialisasikan terlebih dahulu
kepada pedagang.
“Belum ada sosialisasi dari Pemkot. Kami tidak tahu mau
dibawa kemana,” Teriak Yanto, salah satu PKL.
Untuk beberapa waktu suasana panas di luar Pasar Besar yang
terjadi sebelumnya berangsur-angsur mulai mereda, setelah petugas berhenti
melakukan upaya pembersihan lapak PKL.
Pedagang meminta agar Pemerintah Kota Pasuruan, lebih
bersikap adil dan tidak serta merta melakukan penggusuran, karena keberadaan
PKL selama ini juga telah mendapat ijin pejabat pasar dan kewajiban membayar
retribusi juga dipenuhi pedagang.
Sementara, Kepala Bagian Operasional Satpol PP Kota
Pasuruan, Isa Ansori mengatakan para PKL tersebut dinilai melanggar aturan
karena menggelar dagangan di bahu jalan sehingga menyesaki tepi area sepanjang
jalan Pasar Besar.
Pemerintah dikatakan oleh Isa Ansori tidak pernah melakukan
pelarangan terhadap aktivitas PKL, akan tetapi pedagang seharusnya mengikuti
aturan dan melihat kepentingan umum maupun khususnya ketertiban jalan umum.
Penertiban PKL tidak dilakukan serta merta tetapi
menggunakan pendekatan persuasif lebih dulu karena tindakan penertiban dengan
cara represif dimungkinkan mematikan ekonomi pedagang.
“Tentunya kami tidak akan arogan dalam penertiban, karena
ini masalah perut,” kata Isa Ansori. tj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...