Keluarga Nyasaruddin Ngamen
PASURUAN – Berbagai cara dilakukan warga maupun komponen lain di Pasuruan, dalam memperingati hari anti korupsi se-dunia yang jatuh pada 9
Desember kali ini.
Keluarga ‘Nyasaruddin’ dalam momentum ini memberikan pesan
moral dengan menggelar aksi ‘Ngamen’ di Kejaksaan Negeri, Pengadilan Negeri dan
Kepolisian, baik di wilayah Kota
maupun Kabupaten Pasuruan.
Aksi di sejumlah instansi hukum ini oleh Hari Widianto, Kepala
Keluarga ‘Nyasaruddin’ dikatakan sebagai bentuk kritik sekaligus dukungan terhadap aparat penegak
hukum agar dapat lebih tegas memberantas kasus korupsi di Indonesia.
Penyelesaian berbagai kasus korupsi yang menggerogoti uang Negara
selama ini, oleh keluarga pelantun lagu ‘Nyasaruddin’ yang dikenal di dunia
maya itu, disebutkan terkesan setengah-setengah.
Dicontohkan bobolnya Bank Century atau buramnya kasus cek
pelawat dalam pemilihan Gubernur BI yang membuat Nunun Nurbaeti kabur seakan ‘musnah’
tertelan bumi, dipandang belum ditangani secara serius oleh para penegak hukum.
“Kami meminta kepada aparat hukum untuk lebih berani dan tegas
lagi terhadap koruptor di negeri ini,” ujar Hari Widianto.
Sementara itu, Wakapolresta Pasuruan, Kompol Abu Bakar
Husein memberikan apresiasinya terhadap aksi ngamen Keluarga ‘Nyasaruddin’
dengan mengatakan bahwa aksi ini menunjukkan pesan nilai-nilai moral terhadap
para penegak hukum dalam memberantas korupsi.
Selain itu, sikap positif yang ditunjukkan oleh Keluarga ‘Nyasaruddin’
ini dapat menjadi spirit, khususnya kepada aparat kepolisian agar dalam tugas
pelayanannya untuk lebih aktif dan bertindak sesuai aturan dan norma.
Pihaknya menyanggah ungkapan bahwa kinerja aparat hukum disebut
masih berjalan di tempat atau tidak serius menangani kasus korupsi baik yang
terjadi di daerah hingga tingkat pusat.
Namun demikian, pihaknya berharap sinergi dan keterpaduan
dalam pemberantasan kasus korupsi dengan masyarakat secara luas dapat lebih
ditingkatkan sehingga dampaknya akan lebih baik.
“Ini satu keluarga yang dapat memberikan inspirasi kepada
aparat polisi untuk bertindak sungguh-sungguh dalam tugas pemberantasan korupsi,”
ujar Kompol Abu Bakar Husein.
Ditegaskan juga jika tugas terberat dalam kasus
pemberantasan korupsi ini adalah memperbaiki mental korup yang saat ini sepertinya
sudah membudaya di tengah masyarakat sebagai salah satu hal mendasar dalam
upaya pencegahan agar kasus korupsi tidak lagi terjadi.
Aksi Tunggal Enteng
Seniman nyentrik bernama Enteng Sanjaya juga tidak ingin ketinggalan melakukan aksi dalam hari anti korupsi se-dunia.
Enteng bahkan rela sekujur tubuhnya dicat warna merah dengan hiasan replika gada (pentungan) dan tikus yang dibawa, sebagai gambaran lemahnya pemberantasan berbagai kasus korupsi selama ini.
Seniman nyentrik bernama Enteng Sanjaya juga tidak ingin ketinggalan melakukan aksi dalam hari anti korupsi se-dunia.
Enteng bahkan rela sekujur tubuhnya dicat warna merah dengan hiasan replika gada (pentungan) dan tikus yang dibawa, sebagai gambaran lemahnya pemberantasan berbagai kasus korupsi selama ini.
Menariknya, Enteng menulis berbagai profesi dan jabatan dalam
pada tubuh replika tikus, baik penegak hukum, eksekutif maupun legislatif.
Enteng pun kemudian mengekspresikan diri dengan roadshow keliling
Kota Pasuruan dengan menggunakan sepeda onthel butut miliknya.
Hal itu dilakukan Enteng sebagai bentuk pengingat moral
kepada para penguasa dan aparat penegak hukum agar lebih aktif memberantas
kasus korupsi.
Namun, setelah beberapa waktu menggelar aksi, sekitar pukul 13.15
WIB, Enteng menerima sebuah telepon bernada intimidasi.
Menurut Enteng, telepon itu diterima dari seseorang yang diketahui
anggota LSM dan menanyakan alasannya menempel kalimat “LSM” di tubuh replika
tikus yang dijadikan sebagai alat peraga aksi saat itu.
Dijelaskan oleh Enteng, si penelepon tidak lama kemudian
mengakhiri telepon dengan kalimat “mene
lek ono opo-opo aku ga tanggung jawab” atau “besok kalau ada apa-apa aku
tidak bertanggung jawab”.
“Pertama saya ditanya siapa yang menyuruh aksi, terus saya menjawab kepada si penelepon bahwa aksi saya tidak
disuruh oleh siapa-siapa karena murni dari hati nurani saya,” kata Enteng.
Enteng mengaku dari sejumlah aksi yang pernah dilakoninya, baru
pertama kali ini merasa diintimidasi oleh seseorang yang diketahui anggota
sebuah LSM di Kota Pasuruan.
Selain itu, di waktu yang hampir bersamaan, mahasiswa yang
terhimpun dalam HMPS PKN STKIP PGRI Pasuruan juga melakukan aksi damai dengan
membagi selebaran anti korupsi, di perempatan Jl. Balaikota Pasuruan. tj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...