Sabtu, 23 Oktober 2010

Melihat Komunitas Berlian Di Pasuruan




Ngeker berlian-Aktifitas sehari-hari komunitas berlian
di daerah Kauman, Bangil.
PASURUAN- Ada yang menarik jika kita jalan-jalan pagi ke kampung daerah Kauman, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Di tempat ini tampak sekelompok warga berkerumun memadati sejumlah teras rumah yang berada di sepanjang gang Kauman.

Dari jauh, sebagian mereka tampak tengah ngobrol santai dan sebagian lainnya terlihat sibuk menggosok-gosok membersihkan sesuatu, kemudian melihatnya dengan sebuah alat kaca pembesar seukuran ibu jari.

Setelah mencoba mendekat, wah, ternyata mereka adalah sekelompok pedagang permata batu berlian yang bernilai ratusan juta rupiah!. Terlihat tumpukan berlian beragam bentuk begitu indah serta berlian yang digunakan dalam bentuk perhiasan, seperti cincin atau kalung menawan, berada di depan mereka yang tengah duduk bersila di atas lantai.

Salah satu pedagang sekaligus perajin batu berlian, M. Yasin (40) mengaku bahwa seluruh pedagang berlian di gang kecil yang saat ini telah menjadi sentra jual beli berlian di wilayah Bangil ini adalah keturunan suku Banjar, Matapura, Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan.

Ia tertarik bergelut dan berprofesi sebagai perajin dan pedagang berlian selain karena hasil yang menggiurkan adalah karena rasa kagumnya akan keindahan kilau permata berlian.

Keahlian dan aktifitas tersebut mereka tekuni, lantaran mewarisi bakat dan tradisi dari nenek moyang yang sebelumnnya hijrah ke daerah Kauman ini pada tahun 1954 silam. Hingga saat ini menjadi sebuah komunitas pedagang permata dengan jumlah sekitar 60 orang.

Perajin dan pedagang ini, sebelumnya mengumpulkan batu intan kemudian diolah hingga terbentuk sebuah permata berlian cantik nan bernilai tinggi. Rata-rata batu intan yang digunakan diperoleh dari daerah Banjar karena terkenal lebih bermutu dibanding batu intan daerah lain.

Dengan keahliannya, sebuah batu intan dibentuk secara tradisional, hanya dengan sebuah mesin penghalus khusus hingga terbentuk pola berlian, mulai dari segi delapan, segi 24 hingga segi 32 yang gemerlap.

Harga yang ditawarkan juga bervariasi mulai dari puluhan juta hingga ratusan juta rupiah, disesuaikan dengan ukuran dan karat berlian.

"Dulu, sekitar 15 tahun lalu, jumlah orang yang berdagang tidak sebanyak ini, sekarang semakin banyak warga Banjar yang meneruskan hidup dengan berlian di Kauman." terang M. Yasin, sambil menempelkan berlian di ujung jarinya. Sabtu (23/10).

M. Yasin berhenti sejenak, lantaran kedua tangannya tengah sibuk mengumpulkan ceceran segenggam batu-batu permata warna-warni ke dalam sebuah tas terbuat dari kulit. Kemudian Ia pun melanjutkan dengan menceritakan bahwa saat ini omset penjualan mereka sedikit turun, namun yang membuat lebih cemas adalah semakin sulitnya memperoleh intan yang menjadi bahan baku berlian.

Ahmad Zaini (60) yang telah puluhan tahun bergelut dengan berlian, juga mengakui dengan beriringnya waktu jumlah para pecinta berlian kian berkurang sehingga cukup mempengaruhi tingkat pendapatannya.

Mewakili rekan-rekannya, Ia hanya bisa bermimpi komunitas berlian Kauman Bangil ini dapat lebih berkembang dan mendapat perhatian dari pemerintah setempat berupa kemudahan permodalan maupun kesempatan ruang dalam bentuk pameran sebagai ajang pengenalan kepada masyarakat banyak tentang batu permata berlian. tj

4 komentar:

  1. tjak_adi : waduh ji - - - aq duwe berlian rong keret - - - gak payu2 - - - gak oleh didol karo bojoku - - - kwak kwak kwak

    BalasHapus
  2. tjak_adi : kapan2 cak yasin digondol nang habibun utawi padang howo ae - - - hehehe

    BalasHapus
  3. Ini alamat lengkap nya di Bangil mana pak ua

    BalasHapus

terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...