Sabtu, 17 Desember 2011

Pesta Budaya Suku Tengger 'Brang Kulon'


PASURUAN – Bencana erupsi Gunung Bromo yang melanda beberapa waktu, sepertinya menjadi pelecut warga Suku Tengger di Pasuruan untuk berkarya, mengenalkan kembali kekayaan budaya dan wisata alamnya, dalam sebuah tajuk kegiatan Pesta Budaya Suku Tengger.

Pesta budaya yang kali pertama digelar oleh masyarakat asli Suku Tengger ‘Brang Kulon’ ini berlangsung meriah, dipusatkan di sebuah lapangan Desa/Kec Tosari, selama dua hari sejak Jum’at (16/12) kemarin.

Beragam bentuk budaya unik dan menarik diantaranya festival reog, potensi pertanian lokal hingga kuliner tradisional suku tengger, terangkai memeriahkan pesta rakyat.

Ribuan warga berusia tua hingga anak-anak pun tumpah ruah menyambut kelompok seni Reog Ponorogo yang melakukan iring-iringan menuju lokasi untuk berlaga dalam festival reog saat itu.

Terdapat lima kelompok seni reog yang mewakili warga sekitar Kec Tosari, saling bergiliran beratraksi, beradu kemampuan dalam memainkan tari reog Ponorogo saat itu.

Terlihat seorang nenek di sela ribuan warga lainnya, terus menunjukkan kegembiraannya berdiri di lapangan, sambil sesekali menunjukkan tiap gerak atraksi ‘barongan reog’ kepada balita perempuan yang dibekap dalam gendongannya.

“Itu nduk reog-nya menari,” tunjuk si nenek kepada balita dengan sarung tersampir di pundak.

Beragam potensi hasil pertanian unggulan warga lereng Gunung Bromo, berupa sayur mayur diantaranya kubis, tomat hingga kentang jenis Granola turut dipamerkan dalam gelaran ini.

Menarik untuk dilihat dalam unggulan hasil pertanian itu adalah kentang Granola karena tanaman semusim tersebut selama ini dikenal menjadi produk unggulan warag suku tengger yang memiliki ukuran lumayan besar hingga dua kepalan tangan orang dewasa.

Salah satu petani Tosari, bernama Wiji, menunjukkan sukacitanya saat mengikuti event pesta rakyat yang digelar dalam berbagai rangkaian budaya dan potensi ekonomi lokal ini.

“Pesta rakyat ini menjadi salah satu wadah yang bisa meningkatkan hiburan dan pendapatan kami sebagai petani,” ujar Wiji.

Tidak ketinggalan, bermacam jajanan tradisional hingga kelezatan kuliner khas warga tengger seperti Aron (menu makanan tradisional terbuat dari jagung dan parutan kelapa) juga turut ambil bagian dalam pesta budaya Suku Tengger.

Salah satu tetua adat suku tengger, Sutrisno Sudigdo menuturkan, pesta rakyat ini merupakan bentuk apresiasi kemandirian warga Suku Tengger setelah sekian waktu wilayahnya diterjang bencana erupsi Gunung Bromo.

Pesta rakyat ini sekaligus sebagai penarik wisatawan baik lokal maupun asing yang berkunjung menikmati keanekaragaman budaya dan panorama alam Gunung Bromo, melalui pintu masuk wilayah Kabupaten Pasuruan.

Warga suku tengger berharap agar Pemerintah Daerah setempat, menyambut gelaran ini hingga menjadi agenda budaya rutin, karena pesta rakyat juga dapat mengangkat perekonomian warga suku tengger. tj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...