PASURUAN – Bencana erupsi Gunung Bromo yang melanda beberapa
waktu, sepertinya menjadi pelecut warga Suku Tengger di Pasuruan untuk berkarya,
mengenalkan kembali kekayaan budaya dan wisata alamnya, dalam sebuah tajuk kegiatan
Pesta Budaya Suku Tengger.
Pesta budaya yang kali pertama digelar oleh masyarakat asli Suku
Tengger ‘Brang Kulon’ ini berlangsung meriah, dipusatkan di sebuah lapangan Desa/Kec
Tosari, selama dua hari sejak Jum’at (16/12) kemarin.
Beragam bentuk budaya unik dan menarik diantaranya festival
reog, potensi pertanian lokal hingga kuliner tradisional suku tengger, terangkai
memeriahkan pesta rakyat.
Ribuan warga berusia tua hingga anak-anak pun tumpah
ruah menyambut kelompok seni Reog Ponorogo yang melakukan iring-iringan menuju
lokasi untuk berlaga dalam festival reog saat itu.
Terdapat lima
kelompok seni reog yang mewakili warga sekitar Kec Tosari, saling bergiliran beratraksi, beradu
kemampuan dalam memainkan tari reog Ponorogo saat itu.
Terlihat seorang nenek di sela ribuan warga lainnya, terus
menunjukkan kegembiraannya berdiri di lapangan, sambil sesekali menunjukkan tiap
gerak atraksi ‘barongan reog’ kepada balita perempuan yang dibekap dalam
gendongannya.
“Itu nduk reog-nya menari,” tunjuk si nenek kepada
balita dengan sarung tersampir di pundak.
Beragam potensi hasil pertanian unggulan warga lereng Gunung
Bromo, berupa sayur mayur diantaranya kubis, tomat hingga kentang jenis Granola
turut dipamerkan dalam gelaran ini.
Menarik untuk dilihat dalam unggulan hasil pertanian itu
adalah kentang Granola karena tanaman semusim tersebut selama ini dikenal
menjadi produk unggulan warag suku tengger yang memiliki ukuran lumayan besar hingga
dua kepalan tangan orang dewasa.
Salah satu petani Tosari, bernama Wiji, menunjukkan
sukacitanya saat mengikuti event pesta rakyat yang digelar dalam
berbagai rangkaian budaya dan potensi ekonomi lokal ini.
“Pesta rakyat ini menjadi salah satu wadah yang bisa
meningkatkan hiburan dan pendapatan kami sebagai petani,” ujar Wiji.
Tidak ketinggalan, bermacam jajanan tradisional hingga kelezatan
kuliner khas warga tengger seperti Aron (menu makanan tradisional terbuat dari
jagung dan parutan kelapa) juga turut ambil bagian dalam pesta budaya Suku
Tengger.
Salah satu tetua adat suku tengger, Sutrisno Sudigdo menuturkan,
pesta rakyat ini merupakan bentuk apresiasi kemandirian warga Suku Tengger setelah
sekian waktu wilayahnya diterjang bencana erupsi Gunung Bromo.
Pesta rakyat ini sekaligus sebagai penarik wisatawan baik
lokal maupun asing yang berkunjung menikmati keanekaragaman budaya dan panorama
alam Gunung Bromo, melalui pintu masuk wilayah Kabupaten Pasuruan.
Warga suku tengger berharap agar Pemerintah Daerah setempat,
menyambut gelaran ini hingga menjadi agenda budaya rutin, karena pesta rakyat
juga dapat mengangkat perekonomian warga suku tengger. tj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...