Mereka menuntut Imron Rosyadi mundur dari jabatannya dan mempertanyakan
sikap DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Gerindra yang sampai saat ini tetap memberikan
mandat kepada Imron.
Gatot Edi Wibowo, Ketua PAC Gerindra Kec Gempol, menuturkan
jika persoalan internal terkait prilaku Imron Rosyadi ini sebenarnya telah
diadukan dengan menyerahkan berbagai lembaran bukti secara tertulis kepada
Ketua DPP Gerindra, Suhardi, saat berkunjung ke Kab Pasuruan pada Nopember 2010
lalu.
Namun, ternyata hingga kini Imron masih menduduki jabatannya
dengan nyaman, bahkan prilakunya dituding makin menggila karena tiba-tiba merombak
kepengurusan empat PAC tanpa alasan yang jelas. Masing-masing PAC yang dirombak
itu adalah PAC Gempol, Beji, Kejayan dan Pohjentrek.
“Kami kaget tiba-tiba ada SK pengurus PAC menggantikan
kepengurusan saya, tanpa ada kordinasi sebelumnya,” ujar Gatot, Ketua PAC
Gerindra Gempol.
Pengurus baru hasil penunjukan sepihak itu diperkirakan
berasal dari orang-orang dekat Imron. Dijelaskan hal itu mungkin saja dilakukan
lantaran selama ini empat pengurus PAC tersebut dikenal sebagai kelompok garis
seberang yang selalu mengkritik setiap langkah Imron.
Langkah Imron membongkar pasang kepengurusan itu, dinilai
telah melanggar AD/ART khususnya pasal 14 huruf d, yang menyebutkan bahwa
pembentukan pengurus berdasar usulan dari PAC.
Selain masalah ‘salah urus’ organisasi, Imron juga diduga
memanfaatkan jabatannya sebagai ketua cabang untuk memperkaya diri sendiri.
Ketua PAC Beji, Anshori menjelaskan bahwa, kas partai saat
ini malah memiliki hutang hingga Rp 30 juta. Padahal sumber dana dari sumbangan
donatur dan empat wakil yang menjadi anggota DPRD Kab Pasuruan, diperkirakan
cukup berlebih.
Dari catatan yang ada, sejak September 2009 hingga Juli
2010, wakil-wakil Gerindra tersebut memberikan setoran sumbangan sekitar Rp 9
juta rupiah tiap bulan. Bahkan setelah itu, jumlah setoran berubah naik menjadi
Rp 10,6 juta tiap bulan.
Dari kumpulan dana itu belum lagi ditambah dana bantuan
politik dari pemerintah daerah yang telah diterima dua kali yakni sebesar Rp
14,3 juta pada 2009 lalu dan Rp 42,9 juta pada 2010 lalu.
“Kami heran kok bisa saldo kas partai minus, dananya dikemanakan
saja?,” kata Anshori heran.
Pertanyaan itu dikatakan cukup beralasan, karena sejumlah
rencana dan program organisasi tidak pernah dijalankan oleh Imron.
Contoh yang paling sederhana dijelaskan seperti rencana
pembuatan papan nama untuk pengurus PAC dan Ranting di Kab Pasuruan, yang
sampai detik ini tidak pernah ada.
Selain itu, pengadaan seragam yang dicanangkan sebanyak lima
buah tiap PAC, pada tahun ini juga belum terealisasi.
“Padahal untuk dua rencana itu, uangnya telah diberikan oleh
Bendahara kepada Pak Imron. Belum lagi penggunaan anggaran lainnya yang kami
anggap janggal, seperti ada perjalanan dinas ke Jakarta dan pemberian THR bagi
16 pengurus,” ungkap Anshori panjang lebar.
Sementara itu, bendahara umum DPC Partai Gerindra Kab
Pasuruan, Dedi Sumanto, dihubungi melalui selulernya, membenarkan jika segala
keperluan terkait anggaran partai telah dipenuhi atas permintaan ketua, Imron
Rosyadi bersama Muchlas Fahmi selaku Sekretaris cabang.
“Semua memang atas permintaan ketua (Imron) dan Muchlas
Fahmi (Sekretaris) sesuai program yang telah ditentukan, tak terkecuali masalah
seragam dan papan nama,” terang Dedi Sumanto.
Sementara itu, Imron Rosyadi sendiri tidak dapat
dikonfirmasi. Saat dikontak melalui dua nomor handphone yang dimiliki tidak
juga diangkat. tj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...