Selasa, 15 Februari 2011

Ponpes Syiah Diserang


PASURUAN – Suasana Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ma'hadul Islami, milik Yayasan Pesantren Islam (YAPI) yang berlokasi di Desa Kenep, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, mendadak mencekam.

Ponpes yang terkenal dengan ajaran aliran Islam Syiah tersebut diserang oleh ratusan massa dari kelompok beratribut sebuah Majelis Pengajian bernama Aswaja.

Peristiwa tersebut mengakibatkan empat orang santri dan dua karyawan Ponpes YAPI terluka.

Korban santri diantaranya bernama Migdad (17), mengalami luka pada dagu kiri; Abulfas alias M Baragba (19), menderita luka pada kepala; Abdul Qodir (15) luka pelipis; serta Alireza (15), terluka pada mata sebelah kanan cukup parah.

Selain itu, dua karyawan Ponpes masing-masing bernama Sakroni serta Soir, hanya mengalami luka ringan terkena lemparan batu pada kaki.

Sejumlah jamaah pondok YAPI mengaku prihatin dengan peristiwa ini. Satu diantaranya adalah Daikhan, yang menuturkan jika penyerangan semacam ini kerap dilakukan oleh sejumlah kelompok Islam yang selama ini dianggap memusuhi aliran Syiah, seperti Majelis Aswaja ini.

“Biasanya kita diserang pada tengah malam, saat ada pengajian. Kita tidak pernah mencari permusuhan dengan umat Islam lainnya,” sesal Daikhan, di lokasi kejadian.

Dijelaskan lebih lanjut, Majelis Aswaja ini merupakan sebuah perkumpulanan pengajian Islam skala kecil, karena hanya sebuah majelis pengajian biasa dan terlepas dari ormas Islam yang ada, terlebih ormas besar Islam di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Tidak dikatakan secara pasti kenapa terdapat kelompok Islam yang sengaja terus menerus melakukan tindak kekerasan ke Ponpes YAPI ini.

Namun, Muchsin, Ketua YAPI, tidak menampik dugaan adanya singgungan masalah perbedaan keyakinan yang diusung oleh masing-masing kelompok, dimana Majelis Aswaja melandasi amalannya berdasar Ahlussunnah Waljama’ah sementara, Ponpes YAPI melandasi gerakannya berdasar aliran Islam Syiah.

Namun, dikatakan akan sangat bijak kelompok-kelompok yang merasa memiliki masalah perbedaan terkait dengan keyakinan dasar amalan dalam beribadah, sebelumnya melakukan upaya damai dengan berkomunikasi.

“Seharusnya kalau ada permasalahan langkah yang harus mereka lakukan adalah dialog sehingga semua bisa berjalan lebih baik,” kata Muhsin, Ketua YAPI.

Ketua Tanfidz PC NU Kabupaten Pasuruan, KH. Sonhaji Abdussomad, juga memberikan penegasan yang hampir seragam dengan penuturan Daikhan, jamaah Ponpes Al-Ma'hadul Islami, .

Dikatakan bahwa Majelis Aswaja sebuah perkumpulan yang secara struktur kelembagaan tidak terkait dengan NU.

Dirangkai lebih lanjut oleh KH Sonhaji, atribut bertuliskan Aswaja yang dibawa oleh massa yang melakukan penyerangan saat itu, hanya sebuah simbol maupun lambang dari perkumpulan Majelis dan bukan merupakan satu faham aliran Aswaja atau Ahlussunnah Waljama’ah yang selama ini menjadi pegangan dalam menjalankan amalan dan berorganisasi.

“Untuk itu, saya himbau kepada masyarakat, khususnya warga NU untuk tidak terprovokasi, ikut-ikutan melibatkan diri dalam masalah ini,” ujar KH Sonhaji Abdussomad, ketua Tanfidz PC NU Kabupaten Pasuruan.

Sementara itu, selang satu jam setelah kejadian, polisi berhasil menangkap tiga orang terduga pelaku penyerangan ke Ponpes Syiah.

Tiga pelaku tercatat sebagai warga Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, masing-masing berinisial d-u, m-z dan u-b. ketiganya diperkirakan masih berusia 20 tahunan.

Polisi berhasil mengamankan pelaku di Rumah Sakit Masyitoh yang ketahuan meminta perawatan medis untuk salah seorang anggota Majelis Aswaja yang terluka karena terkena lemparan batu saat kubu YAPI melakukan perlawanan balik waktu itu.

Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur (Kapolda) Irjen Polisi Badrodin Haiti, menegaskan bahwa kejadian ini murni tindak kriminalitas dan menolak jika kejadian ini tersangkut dalam perselisihan paham ajaran Islam yang dianut masing-masing kelompok.

Dugaan sementara motif penyerangan ditinjau dari rententan kejadian yang diutarakan oleh pelaku dihadapan petugas kepolisian, adalah hanya merasa kesal dan jengkel, karena rombongan Majelis Aswaja mendapat ejekan jamaah Ponpes YAPI, kala melintas pulang dari mengikuti sebuah pengajian di wilayah Singosari, Malang.

Selain itu, polisi memastikan jika peristiwa ini terjadi secara sepontanitas tanpa ada perencanaan ataupun berupa komando dari pimpinan Majelis Aswaja.

Sementara itu, untuk meredam terjadinya kemungkinan gejolak sosial semakin meluas, sejumlah tokoh agama dan muspida setempat, bersama dua kelompok bertikai, sekitar pukul 21.00 WIB malam langsung menggelar upaya dialog, di kantor pendapa Kabupaten Pasuruan.

Dialog yang dilakukan selama empat jam tersebut disepakati beberapa hal pokok diantaranya, ditujukan kepada kedua pihak yang bermasalah untuk tidak melanjutkan pertikaian.

Kepada kepolisian bersama pihak-pihak kompeten lainnya, sedianya melakukan penggalian masalah sehingga dapat mengurai dan menyelesaikan akar masalah secara mendasar hingga tercipta rasa aman dan damai.

Pasalnya diketahui, selama beberapa waktu terakhir, kedua kelompok kerap terlibat pertengkaran hingga memuncak terjadi peristiwa penyerangan kali ini.
Dalam dialog di pendapa tersebut, pihak Majelis Aswaja tidak terlihat ikut mewakili, dan hanya Pengasuh Ponpes YAPI, Habieb Ali Bin Umar, bersama rombongan.
Sementara dari jajaran Muspida terlihat lengkap bersama Wakil Bupati Eddy Paripurna sekaligus sebagai fasilitator memenuhi ruangan.
Kapolda Irjend Badrodin Haiti, beserta seluruh jajaran dibawahnya. Ketua MUI Kabupaten Pasuruan, KH Nurul Huda bersama Ketua PC NU Kabupaten Pasuruan, KH Sonhaji Abdussomad.
Selanjutnya turut hadir dalam dialog, diantaranya KH Mas Subadar, Pengasuh Ponpes Besuk, Kejayan; KH Mujib Imron, dari Ponpes Areng-areng Wonorejo; KH Idris Hamid, pengasuh Ponpes Salafiyah, Kota Pasuruan. tj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...