PASURUAN – Sehari setelah berada di Indonesia, Umi Rosyidah
(23), mahasiswa Al-Azhar, Kairo, bersama keluarga berkunjung ke Pondok
Pesantren Al-Yasini, Wonorejo, Pasuruan, tempat dulu belajar sebelum ke Mesir.
Minggu (6/1).
Umi Rosyidah sebenarnya enggan pulang ke Indonesia, karena tanggung
jawab studi yang diemban saat ini hanyalah menunggu pengumuman hasil penilaian
tugas akhirnya pada Juli mendatang, untuk mendapat gelar sarjana S-1.
Selain itu, keamanan Mesir dianggap masih terkendali, karena
daerah pusat benturan massa terparah hanya di satu titik yakni di Tahrir Square.
“Mungkin sudah menjadi kehendak Allah, saya akhirnya
termasuk yang terevakuasi, meskipun saya ingin bertahan di sana,” ujar Umi
Rosyidah.
Gadis asli Bangil, Pasuruan ini, menegaskan, bahwa saat
keadaan Mesir bergolak, ia bersama ratusan mahasiswa dari sejumlah Negara lainnya,
dalam kondisi aman di sebuah asrama dengan penjagaan ketat pihak keamanan Pemerintah
Mesir.
“Di asrama itu, tempat berkumpul mahasiswa yang mendapat
beasiswa dari berbagai Negara, seperti Thailand, Afrika dan sebagainya,”
lanjutnya..
Jarak yang ditempuh relative cukup jauh, sekitar setengah
jam perjalanan, antara asrama dengan Tahrir Square. Dan meskipun mengakui merasa
was-was, kebutuhan hidup di mesir pun masih bisa teratasi.
Menurutnya, pemberitaan media massa terkait kejadian di
Mesir dalam beberapa minggu ini, terlalu dibesar-besarkan, sehingga semakin
memperburuk keadaan, terlebih kepada keluarga yang memiliki saudara atau anak
yang berada di Mesir.
Pada puncak gejolak, sebenarnya aktivitas perkuliahan masih terus
berlangsung, karena pergolakan massa tidak secara langsung menggangu proses
belajar.
Putri pasangan H. Muhammad Munir Mansur dan Hj. Manis
Tamaroh ini, pulang ke indonesia pada gelombang kedua, dalam rangkaian evakuasi
yang dilakukan pemerintah. Disebutkan dalam gelombang kedua ini mahasiswa Indonesia
yang dievakuasi sebanyak 421 orang.
Umi Rosyidah adalah alumni santri Pondok Pesantren
Al-Yasini. Lulus di Madrasah Aliyah Al-Yasini pada tahun 2006. Tercatat sebagai
mahasiswa jurusan ushuluddin di universitas Al-Azhar, Kairo, pada tahun 2007,
setelah mendapatkan beasiswa dari Kementrian Agama Republik Indonesia.
Sementara itu, pengasuh Ponpes Al-Yasini, KH. Mujib Imron menegaskan
akan tetap berencana mengirim santri-santrinya lulusan ponpes binaannya ke Mesir
untuk dapat mengembangkan studinya, karena gejolak politik Mesir diyakini akan berlalau
dan kembali normal. tj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...