PASURUAN – Suasana Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ma'hadul
Islami, milik Yayasan Pesantren Islam (YAPI) yang berlokasi di Desa Kenep,
Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, mendadak mencekam.
Ponpes yang terkenal dengan ajaran aliran Islam Syiah
tersebut diserang oleh ratusan massa dari kelompok beratribut sebuah Majelis
Pengajian bernama Aswaja.
Peristiwa tersebut mengakibatkan empat orang santri dan dua
karyawan Ponpes YAPI terluka.
Korban santri diantaranya bernama Migdad (17), mengalami luka
pada dagu kiri; Abulfas alias M Baragba (19), menderita luka pada kepala; Abdul
Qodir (15) luka pelipis; serta Alireza (15), terluka pada mata sebelah kanan
cukup parah.
Selain itu, dua karyawan Ponpes masing-masing bernama Sakroni
serta Soir, hanya mengalami luka ringan terkena lemparan batu pada kaki.
Sejumlah jamaah pondok YAPI mengaku prihatin dengan
peristiwa ini. Satu diantaranya adalah Daikhan, yang menuturkan jika
penyerangan semacam ini kerap dilakukan oleh sejumlah kelompok Islam yang
selama ini dianggap memusuhi aliran Syiah, seperti Majelis Aswaja ini.
“Biasanya kita diserang pada tengah malam, saat ada
pengajian. Kita tidak pernah mencari permusuhan dengan umat Islam lainnya,”
sesal Daikhan, di lokasi kejadian.
Dijelaskan lebih lanjut, Majelis Aswaja ini merupakan sebuah
perkumpulanan pengajian Islam skala kecil, karena hanya sebuah majelis
pengajian biasa dan terlepas dari ormas Islam yang ada, terlebih ormas besar
Islam di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Tidak dikatakan secara pasti kenapa terdapat kelompok Islam
yang sengaja terus menerus melakukan tindak kekerasan ke Ponpes YAPI ini.
Namun, Muchsin, Ketua YAPI, tidak menampik dugaan adanya
singgungan masalah perbedaan keyakinan yang diusung oleh masing-masing
kelompok, dimana Majelis Aswaja melandasi amalannya berdasar Ahlussunnah
Waljama’ah sementara, Ponpes YAPI melandasi gerakannya berdasar aliran Islam Syiah.
Namun, dikatakan akan sangat bijak kelompok-kelompok yang
merasa memiliki masalah perbedaan terkait dengan keyakinan dasar amalan dalam
beribadah, sebelumnya melakukan upaya damai dengan berkomunikasi.
“Seharusnya kalau ada permasalahan langkah yang harus mereka
lakukan adalah dialog sehingga semua bisa berjalan lebih baik,” kata Muhsin,
Ketua YAPI.
Ketua Tanfidz PC NU Kabupaten Pasuruan, KH. Sonhaji
Abdussomad, juga memberikan penegasan yang hampir seragam dengan penuturan Daikhan,
jamaah Ponpes Al-Ma'hadul Islami, .
Dikatakan bahwa Majelis Aswaja sebuah perkumpulan yang secara
struktur kelembagaan tidak terkait dengan NU.
Dirangkai lebih lanjut oleh KH Sonhaji, atribut bertuliskan
Aswaja yang dibawa oleh massa yang melakukan penyerangan saat itu, hanya sebuah
simbol maupun lambang dari perkumpulan Majelis dan bukan merupakan satu faham
aliran Aswaja atau Ahlussunnah Waljama’ah yang selama ini menjadi pegangan
dalam menjalankan amalan dan berorganisasi.
“Untuk itu, saya himbau kepada masyarakat, khususnya warga
NU untuk tidak terprovokasi, ikut-ikutan melibatkan diri dalam masalah ini,”
ujar KH Sonhaji Abdussomad, ketua Tanfidz PC NU Kabupaten Pasuruan.
Sementara itu, selang satu jam setelah kejadian, polisi
berhasil menangkap tiga orang terduga pelaku penyerangan ke Ponpes Syiah.
Tiga pelaku tercatat sebagai warga Kecamatan Bangil,
Kabupaten Pasuruan, masing-masing berinisial d-u, m-z dan u-b. ketiganya
diperkirakan masih berusia 20 tahunan.
Polisi berhasil mengamankan pelaku di Rumah Sakit Masyitoh
yang ketahuan meminta perawatan medis untuk salah seorang anggota Majelis
Aswaja yang terluka karena terkena lemparan batu saat kubu YAPI melakukan
perlawanan balik waktu itu.
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur (Kapolda) Irjen Polisi
Badrodin Haiti, menegaskan bahwa kejadian ini murni tindak kriminalitas dan menolak
jika kejadian ini tersangkut dalam perselisihan paham ajaran Islam yang dianut
masing-masing kelompok.
Dugaan sementara motif penyerangan ditinjau dari rententan
kejadian yang diutarakan oleh pelaku dihadapan petugas kepolisian, adalah hanya
merasa kesal dan jengkel, karena rombongan Majelis Aswaja mendapat ejekan jamaah
Ponpes YAPI, kala melintas pulang dari mengikuti sebuah pengajian di wilayah Singosari,
Malang.
Selain itu, polisi memastikan jika peristiwa ini terjadi secara
sepontanitas tanpa ada perencanaan ataupun berupa komando dari pimpinan Majelis
Aswaja.
Sementara itu, untuk meredam terjadinya kemungkinan gejolak
sosial semakin meluas, sejumlah tokoh agama dan muspida setempat, bersama dua
kelompok bertikai, sekitar pukul 21.00 WIB malam langsung menggelar upaya
dialog, di kantor pendapa Kabupaten Pasuruan.
Dialog yang dilakukan selama empat jam tersebut disepakati beberapa
hal pokok diantaranya, ditujukan kepada kedua pihak yang bermasalah untuk tidak
melanjutkan pertikaian.
Kepada kepolisian bersama pihak-pihak kompeten lainnya,
sedianya melakukan penggalian masalah sehingga dapat mengurai dan menyelesaikan
akar masalah secara mendasar hingga tercipta rasa aman dan damai.
Pasalnya diketahui, selama beberapa waktu terakhir, kedua
kelompok kerap terlibat pertengkaran hingga memuncak terjadi peristiwa penyerangan
kali ini.
Dalam dialog di pendapa tersebut, pihak Majelis Aswaja tidak terlihat ikut mewakili,
dan hanya Pengasuh Ponpes YAPI, Habieb Ali Bin Umar, bersama rombongan.Sementara dari jajaran Muspida terlihat lengkap bersama Wakil Bupati Eddy Paripurna sekaligus sebagai fasilitator memenuhi ruangan.
Kapolda Irjend Badrodin Haiti, beserta seluruh jajaran dibawahnya. Ketua MUI Kabupaten Pasuruan, KH Nurul Huda bersama Ketua PC NU Kabupaten Pasuruan, KH Sonhaji Abdussomad.
Selanjutnya turut hadir dalam dialog, diantaranya KH Mas Subadar, Pengasuh Ponpes Besuk, Kejayan; KH Mujib Imron, dari Ponpes Areng-areng Wonorejo; KH Idris Hamid, pengasuh Ponpes Salafiyah, Kota Pasuruan. tj