Seorang Bapak menggendong anaknya melintasi banjir. |
Di Kabupaten Pasuruan, wilayah yang paling terdampak di wilayah Kecamatan Bangil hingga 8 desa, yakni Kelurahan Kolursari, Gempeng, Masangan, Latek, Manaruwi, Kalirejo, Kelurahan Kalianyar serta Desa Tambakan.
Sebagian banjir Kabupaten Pasuruan juga cukup banyak menyebar di wilayah Kecamatan Rejoso diantaranya Desa Jarangan, Rejoso Lor, Kedung Bako, Kawisrejo, Patuguran dan Desa Sadeng Rejo.
Lainnya banjir berada di Desa Kedung Ringin dan Desa Kedung Boto, Kecamatan Beji; Desa Sungi Kulon, Sukorejo, serta Desa Susukan Rejo, Kecamatan Pohjentrek; di Kecamatan Pandaan hanya ada di Desa Kawis Rejo; dan desa terdampak banjir di Kecamatan Kraton yakni Desa Tambakrejo dan desa Pulokerto.
Sementara di tiga kecamatan wilayah Kota Pasuruan seluruhnya terdampak banjir, terutama paling parah di Kecamatan Purworejo, yakni di Kelurahan Petamanan, Purut Rejo, Bangilan serta Kelurahan Kebonsari; kemudian wilayah Kecamatan Bugul Kidul berada di Kelurahan Tapaan, Kepel, serta Kelurahan Bugul Kidul; dan daerah langganan banjir Kelurahan Karang Ketug Kecamatan Gadingrejo.
Hingga siang kemarin, belum dihitung secara pasti berapa ribu rumah warga yang terdampak banjir. Ketinggian air yang masuk ke dalam rumah warga sekitar rata – rata 50 sentimeter hingga 80 sentimeter. Selain itu di jalan-jalan utama pemukiman ketinggian air antara 1 meter hingga 2 meter.
Masih seperti sebelumnya, banjir kali ini disebabkan meluapnya aliran air sungai pecahan sungai Brantas yang melintasi wilayah Pasuruan, yang tidak mampu menampung debit air hujan yang terus menerus menerjang wilayah Pasuruan dan wilayah Malang.
Jebolnya sejumlah tanggul pembatas aliran sungai dengan pemukiman warga, juga mengakibatkan banjir kali ini semakin parah.
Seperti pada tanggul di wilayah Dusun Satak, Desa Manaruwi Kecamatan Bangil, yang diketahui mengalami jebol hingga lebih 7 meter.
Bahkan sebuah jembatan yang berdekatan dengan pemakaman Segok, Kecamatan Bangil, terancam roboh karena bahu beton sebelah timur tergerus derasnya aliran sungai Kedung Larangan hingga menganga sekitar 20 meter.
Pada Senin (6/12) sore itu, agar tidak membahayakan pengguna jalan, sejumlah warga pun berinisiatif membantu pihak kepolisian langsung menutup jembatan, jalur utama truk jurusan Surabaya – Banyuwangi ini.
Setelah beranjak malam, air banjir di wilayah Desa Tambakrejo, Kecamatan Kraton, semakin membesar dan menutup akses jalan raya utama.
Akibatnya jalur pantura jurusan Surabaya – Banyuwangi ini tertutup air banjir sehingga sejumlah kendaraan seperti truk dan bus terjebak macet lebih dari empat jam, dan sebagian kendaraan lainnya memilih memutar melalui jalur Purwosari – Pandaan – menuju arah Surabaya atau sebaliknya.
Hal yang sama juga terjadi di jalan raya Rejoso. Hampir seluruh kendaraan bermotor tidak dapat melintasi jalan karena salah satu jembatan di wilayah ini terendam banjir, sehingga harus memutar ke wilayah jalan raya Winongan menuju jalang raya Warung Dowo dan dilanjut ke Purwosari dan Pandaan.
Namun, kepanikan terjadi pada warga di Kelurahan Purut Rejo dan Petamanan, Kecamatan Purworejo. Warga terlihat berbondong-bondong menyelamatkan diri meninggalkan rumah serta mengamankan barang perabotan rumah tangga ke tempat yang lebih aman dan kering, seperti di halaman sekolah ataupun di balai kelurahan setempat.
Sementara itu, dari pantauan di lapangan, sejak pagi hingga siang kemarin, sejumlah desa masih terendam banjir diantaranya Desa Rejoso Lor, Kecamatan Rejoso; Desa Tambak Rejo, Kecamatan Kraton; serta Desa Kedung Ringin dan Kedung Boto, Kecamatan Beji.
Warga mengaku sangat terganggu dan pasrah karena bencana banjir terus menerus melanda tak kunjung berhenti.
“Sebenarnya kami ini capek dengan banjir, tapi bagaimana lagi, pemerintah selama ini hanya janji tok ngatasi banjir, dan buktinya semalam Pak Camat Kraton tidak ada bersama kami,” ratap Sholihati, warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Kraton sambil mengelus dada.
Aktifitas yang dilakukan warga saat itu terlihat hanya membersihkan rumah, menjemur perabotan dari sisa banjir serta mencuci pakaian bersama genangan banjir di sekitar rumah. Sementara, sebagian warga lainnya hanya duduk bersama keluarga dan anak-anaknya sambil menunggu banjir surut.
Genangan air kotor bersama sampah banjir yang menggunung, di saluran air maupun pekarangan sekitar rumah akibat banjir, juga terpantau bakal menjadi sumber penyakit seperti diare dan gatal-gatal yang sewaktu-waktu dapat mengancam warga. tj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...