Sabtu, 18 Desember 2010

Asap Tebal Bromo Payungi Upacara Kuningan Suku Tengger



Warga Suku Tengger dari wilayah Pasuruan dan Probolinggo, saat menggelar Upacara Kuningan di Pura Luhur Gunung Bromo. Sabtu (18/12). Asap tebal memayungi rangkaian ritual Kuningan.

PASURUAN - Sebagai bentuk syukur dan keselamatan, setelah perayaan Hari Raya Galungan dilalui, ribuan umat Hindu Suku Tengger, menggelar upacara Kuningan di Pura Luhur Gunung Bromo. Sabtu (18/12).

Upacara kali ini dilakukan di tengah meningkatnya aktivitas asap kawah Gunung Bromo yang membumbung tinggi hingga memayungi gelaran upacara.

Menurut Supayadi, Pandhita Hindu Desa Wonokitri, Kec Tosari, bahwa sebelum melakukan upacara puncak di Pura Luhur, dalam rangkaiannya, seluruh warga Tengger terlebih dahulu menggelar sembahyangan di pura Desa masing-masing.

Hingga menjelang matahari terik, ribuan Umat Hindu Suku Tengger dari di wilayah Pasuruan serta Probolinggo, berduyun-duyun menuju Pura Luhur yang terletak di tengah-tengah Lautan Pasir Bromo.

Asap tebal berwarna abu kehitaman, mengepul dari mulut kawah Gunung Bromo. Namun, warga Tengger saat itu sepertinya tidak peduli akan bahaya yang bisa saja mengancam keselamatannya.

Bahkan sambil membawa bingkisan berbagai hasil bumi berupa palawija-palawiji, warga bersama keluarganya semakin bersemangat mengikuti gelaran Kuningan tahun ini.

Dengan berbagai sesajian aneka makanan dan minuman, serta diiringi puja puji kepada Dewa yang diucapkan oleh para pandhita atau pemuka agama Hindu Suku Tengger, satu persatu warga meletakkan hasil bumi sebagai sesembahan, ke sekitar altar pemujaan di dalam Pura Luhur.

Ritual sembahyangan dalam upacara Kuningan berlangsung hikmad penuh kesakralan. Warga pun duduk bersama, membaca doa kepada Dewa. Sementara, sejumlah Pandhita berkeliling memercikkan air suci ke tubuh ribuan umat.

Setelah acara doa dan puja kepada dewa selesai, warga pun ramai-ramai naik ke atas Gunung Bromo untuk melabuh sesembahan palawija-palawiji ke dalam kawah gunung.
Pandhita Hindu Tengger meletakkan sesaji di altar Pura Luhur

Warga suku tengger berharap setelah digelarnya upacara adat Kuningan ini, kehidupan mereka semakin lebih baik, mendapat berkah dan keselamatan.

Upacara kuningan Suku Tengger kali ini merupakan pertama kali digelar, setelah beberapa waktu terakhir, terjadi peningkatan aktivitas Gunung Bromo, hingga kawasan ini ditutup karena dianggap berbahaya.

Namun, sejumlah warga maupun tokoh adat Suku Tengger mengaku tidak khawatir adanya peningkatan aktivitas vulkanik yang tervisualisasi dalam kepulan asap yang menutup sekitar wilayah Gunung Bromo ini.

Bahkan untuk memastikan jika Gunung Bromo aman, warga Tengger memberi semacam garansi kepada para wisatawan yang hendak berkunjung ke Gunung Bromo. Pasalnya, aktifitas Bromo sudah biasa terjadi pada waktu-waktu sebelumnya.

“Sejak saya lahir, Bromo ya seperti ini. Kami bertanggung jawab dan menjamin sepenuhnya bahwa Bromo aman,” tegas Supayadi, Pandhita Hindu Suku Tengger saat berada di halaman Pura Luhur.

Dari pengalaman warga Suku Tengger, dijelaskan bahwa aktivitas Gunung Bromo yang terjadi saat ini tidaklah sebesar yang telah terjadi pada tahun 1982 dan 2004. tj

1 komentar:

terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...