Senin, 31 Januari 2011

Cuaca Buruk, Petani Keramba Ranu Merugi


PASURUAN – Cuaca buruk berupa angin kencang yang terjadi dalam dua pekan terakhir mengakibatkan petani keramba di Danau Ranu, Grati, Kabupaten Pasuruan, gagal panen. 

Pasalnya ikan-ikan yang ditabur dalam keramba mati. Kerugian yang diderita mencapai Rp 3 juta hingga Rp 4 juta tiap petak keramba.

Salah seorang petani keramba, Sumitro (54), menuturkan bahwa cuaca buruk semacam ini oleh warga disebut disebut sebagai ambiling atau sapon.

Warga ataupun petani keramba sebenarnya menganggap ambiling lumrah terjadi, karena setidaknya terjadi sekali dalam satu tahun.

Namun, ambiling yang menyerang kali ini terbilang lebih cepat sehingga membuat petani keramba cukup dibuat kalang kabut.

Pada tahun-tahun sebelumnya ambiling terjadi pada akhir bulan Pebruari atau awal bulan Maret. Namun, saat ini terjadi pada awal bulan Januari.

“Kami sebenarnya juga tidak mengira, ambiling terjadi lebih awal,” ujar Sumitro. Minggu (30/1).

Matinya ikan-ikan dalam keramba tersebut dijelaskan, lantaran jutaan plankton yang biasanya hidup di dasar danau muncul ke permukaan, sehingga ikan-ikan di danau kehilangan oksigen.

Ikan-ikan yang dibudidayakan dalam keramba diantaranya ikan nila, tombro, gurame serta ikan patin.

Ikan-ikan tersebut termasuk ikan yang lemah. Sehingga jika terdapat perubahan ekstrim, yang membuat plankton muncul ke permukaan dan menjadi parasit dapat dengan mudah membunuh ikan dalam keramba.

Sementara, ikan yang hidup secara liar dalam danau, seperti ikan bandeng tawar, gabus, lou han serta ikan bawal relatif lebih mampu bertahan hidup menghadapi perubahan ini.

Kerugian petani keramba jika dihitung dari biaya pakan ikan saja, bisa mencapai lebih dari Rp 3 juta rupiah untuk tiap petak keramba.

Biaya pakan sebanyak itu dikeluarkan untuk 4 bulan waktu panen yang dipergunakan pada satu petak keramba dengan ukuran rata-rata 5 meter x 5 meter, dengan kapasitas sebanyak 3.000 bibit ikan.

“Bila dihitung dari FCR (kompresi pakan ikan), biaya pakan kita sebesar Rp 7.500 per kilogram daging ikan,” rinci Sumitro lebih lanjut.

Namun, bila dihitung berdasar hasil panenan yang seharusnya diperoleh, maka petani keramba kehilangan penghasilan sekitar Rp 6 juta hingga Rp 7 juta tiap petak keramba.

Diantara 200 petani yang membudidayakan ikan keramba di Danau seluas 198 ha ini, Sumitro termasuk satu petani yang beruntung. Karena sebelum angin kencang menerjang, sebagian besar ikan-ikan dalam keramba miliknya sudah dipanen.

Budi daya ikan keramba di Danau Ranu dimiliki oleh warga di tiga Desa sekitar wilayah danau yakni Desa Ranu Klindungan, Sumber Dawe Sari dan Grati Tunon, Kecamatan Grati.

Rata-rata warga memiliki keramba hingga puluhan petak yang diisi berbagai ikan air tawar diantaranya ikan nila, tombro, gurame dan ikan Patin.

Sumitro, sendiri memiliki 24 petak keramba, sementara keramba ranu terbanyak dimiliki oleh H Supono yang mencapai 80 petak keramba. tj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...