PASURUAN – Cuaca buruk berupa angin kencang yang terjadi
dalam dua pekan terakhir mengakibatkan petani keramba di Danau Ranu, Grati, Kabupaten
Pasuruan, gagal panen.
Pasalnya ikan-ikan yang ditabur dalam keramba mati. Kerugian
yang diderita mencapai Rp 3 juta hingga Rp 4 juta tiap petak keramba.
Salah seorang petani keramba, Sumitro (54), menuturkan bahwa
cuaca buruk semacam ini oleh warga disebut disebut sebagai ambiling atau sapon.
Warga ataupun petani keramba sebenarnya menganggap ambiling
lumrah terjadi, karena setidaknya terjadi sekali dalam satu tahun.
Namun, ambiling yang menyerang kali ini terbilang lebih
cepat sehingga membuat petani keramba cukup dibuat kalang kabut.
Pada tahun-tahun sebelumnya ambiling terjadi pada akhir
bulan Pebruari atau awal bulan Maret. Namun, saat ini terjadi pada awal bulan
Januari.
“Kami sebenarnya juga tidak mengira, ambiling terjadi lebih
awal,” ujar Sumitro. Minggu (30/1).
Matinya ikan-ikan dalam keramba tersebut dijelaskan,
lantaran jutaan plankton yang biasanya hidup di dasar danau muncul ke
permukaan, sehingga ikan-ikan di danau kehilangan oksigen.
Ikan-ikan yang dibudidayakan dalam keramba diantaranya ikan
nila, tombro, gurame serta ikan patin.
Ikan-ikan tersebut termasuk ikan yang lemah. Sehingga jika
terdapat perubahan ekstrim, yang membuat plankton muncul ke permukaan dan
menjadi parasit dapat dengan mudah membunuh ikan dalam keramba.
Sementara, ikan yang hidup secara liar dalam danau, seperti
ikan bandeng tawar, gabus, lou han serta ikan bawal relatif lebih mampu
bertahan hidup menghadapi perubahan ini.
Kerugian petani keramba jika dihitung dari biaya pakan ikan
saja, bisa mencapai lebih dari Rp 3 juta rupiah untuk tiap petak keramba.
Biaya pakan sebanyak itu dikeluarkan untuk 4 bulan waktu
panen yang dipergunakan pada satu petak keramba dengan ukuran rata-rata 5 meter
x 5 meter, dengan kapasitas sebanyak 3.000 bibit ikan.
“Bila dihitung dari FCR (kompresi pakan ikan), biaya pakan
kita sebesar Rp 7.500 per kilogram daging ikan,” rinci Sumitro lebih lanjut.
Namun, bila dihitung berdasar hasil panenan yang seharusnya
diperoleh, maka petani keramba kehilangan penghasilan sekitar Rp 6 juta hingga
Rp 7 juta tiap petak keramba.
Diantara 200 petani yang membudidayakan ikan keramba di
Danau seluas 198 ha ini, Sumitro termasuk satu petani yang beruntung. Karena
sebelum angin kencang menerjang, sebagian besar ikan-ikan dalam keramba
miliknya sudah dipanen.
Budi daya ikan keramba di Danau Ranu dimiliki oleh warga di
tiga Desa sekitar wilayah danau yakni Desa Ranu Klindungan, Sumber Dawe Sari
dan Grati Tunon, Kecamatan Grati.
Rata-rata warga memiliki keramba hingga puluhan petak yang
diisi berbagai ikan air tawar diantaranya ikan nila, tombro, gurame dan ikan
Patin.
Sumitro, sendiri memiliki 24 petak keramba, sementara
keramba ranu terbanyak dimiliki oleh H Supono yang mencapai 80 petak keramba. tj