Minggu, 28 November 2010

Berharap Tidak Meletus, Gelar Labuhan Sesaji Ke Kawah Bromo

Sejumlah tokoh adat berkomunikasi, melalui mediasi seorang perempuan yang dirasuki oleh penjaga Gunung Bromo yang menjadi legenda dan keyakinan warga Suku Tengger yakni Ki Joko Seger dan Nyi Roro Anteng. Minggu (28/11).

PASURUAN - Warga suku tengger, Kec Tosari, Kab Pasuruan, Minggu (28/11) dini hari, menggelar labuh sesaji berupa ternak kambing dan palawija hasil bumi, ke kawah Gunung Bromo.

Padahal hingga saat ini status Gunung Bromo belum diturunkan masih ditetapkan awas dan berbahaya oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Labuhan tersebut dilakukan, berharap agar warga suku mendapat keselamatan dan Gunung Bromo tidak meletus.

Ritual labuhan ke kawah gunung bromo tersebut diikuti sekitar 300 warga Suku Tengger, Tosari, diawali dengan sembahyang dipimpin oleh dukun adat Suku Tengger, Mangku Parwoto, di Pura Luhur yang berlokasi di lautan pasir.

Acara rangkaian sembahyangan yang digelar sekitar pukul 24.00 WIB tersebut terlihat begitu sakral. Seorang perempuan kerasukan roh yang dipercaya sebagai penjaga gunung bromo yakni ki joko seger dan nyi roro anteng.

Perempuan tersebut merangkul, menangisi kambing yang hendak dilabuh ke kawah gunung bromo.

Tidak lama kemudian ratusan warga arak-arakan membawa sesaji persembahan tersebut menuju ke puncak kawah Bromo.

Ritual labuhan ini digelar setelah warga setempat mengaku mendapat wangsit dari Ki Bromo yang meminta kambing, bebek serta palawija hasil bumi warga dengan cara dilabuh ke kawah Gunung Bromo.

“Ritual labuh sesaji ini atas dasar wisik (pesan) dari Roro Anteng lewat Ibu Sumini Jais,” ujar Dukun Adat Suku Tengger dari Desa Sedaeng, Sukaryono.

Jika melanggar permintaan tersebut, warga meyakini akan mendapatkan bala atau malapetaka yakni Gunung Bromo akan meminta korban jiwa sebanyak 25 warga sekitar.

Salah satu tokoh muda Suku Tengger, Didit Effendi mengatakan bahwa gelaran labuhan ini merupakan salah satu kekayaan budaya ataupun kearifan lokal warga suku tengger yang seharusnya tetap dihormati.

Ditegaskan juga, jika upacara ini digelar agar semua warga suku tengger yang tersebar di wilayah Pasuruan, Malang, Probolinggo dan Lumajang mendapat keselamatan dan gunung bromo tidak meletus.

Ritual labuhan berakhir setelah sejumlah tokoh adat berkomunikasi sekaligus berpamitan pulang dari lokasi Gunung, melalui mediasi seorang perempuan yang dirasuki oleh penjaga gunung bromo yang menjadi legenda dan keyakinan warga suku tengger yakni ki joko seger dan nyi roro anteng. tj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah memberikan komentar pada tulisan ini...