Kamis, 29 Desember 2011

Tingkat Hunian Hotel Di Tretes Turun


PASURUAN – Tingkat hunian (okupansi) hotel yang tersebar di wilayah puncak Tretes, Kec Prigen, Kab Pasuruan dalam kurun satu tahun ini berkisar 48 persen. Angka prosentase tersebut menurun dibanding tahun 2010 lalu yang mencapai pada angka sebesar 51 persen.

Hal tersebut diungkapkan oleh Sunarko Hidayat, salah satu pengurus PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) yang menjabat sebagai Ketua Komisi Pengembangan Usaha.

Narko, panggilan akrabnya, ditemui di hotel yang dipimpinnya sore tadi, menjelaskan dari sekitar 4000 penginapan maupun losmen yang terebar di wilayah puncak Tretes, terdapat tujuh hotel yang saat ini masih bertahan berdiri, mulai hotel bintang tiga hingga bintang lima.

Tanpa bermaksud menyudutkan, Narko menuturkan bahwa selain persoalan pengelolaan kebijakan yang masih lemah oleh pemerintah daerah selama ini, penurunan tingkat hunian lebih disebabkan pesatnya perkembangan sarana hiburan dan obyek pariwisata di daerah Malang dan Batu.

Wilayah Pasuruan yang sebelumnya menjadi transit dan tujuan utama para wisatawan dalam memanfaatkan liburannya, ternyata dalam beberapa waktu terakhir ini, hanya menjadi jalur perlintasan saja, sehingga berdampak pada menurunnya jumlah kunjungan wisata dan angka hunian hotel di wilayah Pasuruan khususnya Tretes.

Dilanjutkan tingkat okupansi hotel khususnya di daearah Tretes dibandingkan dengan daerah lain dikatakan sangat jauh tertinggal. Di daerah Malang dan Batu diperkirakan tingkat okupansi sudah mencapai lebih 80 persen dan di wilayah Surabaya, okupansi sekitar 70 persen.

Persoalan ini dikatakan menjadi tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun pelaku usaha pariwisata termasuk pengusaha penginapan dan hotel. Pasalnya, menyinggung okupansi tidak bisa dilepaskan dengan upaya pengelolaan potensi wisata dan pengembangan kekayaan lainnya yang dapat menjadi daya tarik wisata.

“Pasuruan (obyek kunjungan wisata) sudah tidak ada daya tarik lagi yang dapat mendukung, kita sudah jauh tertinggal dengan daerah lain,” ujar Narko.

Narko tidak dapat memastikan kemungkinan usaha hotel dan penginapan di puncak Tretes dalam beberapa tahun nanti akan gulung tikar, jika kondisi ini tetap dibiarkan.

Momentum libur natal dan tahun baru kali ini, sepertinya menjadi satu ‘bonus’ hiburan, karena jumlah hunian terdapat peningkatan.

Salah satu manajer sebuah hotel bintang tiga, Suparman, mengatakan bahwa terhitung sejak sebulan lalu, jumlah penghuni kamar hotel meningkat lebih dua kali lipat dari hari-hari biasa.

Dari 31 kamar yang dimiliki, hampir setiap hari terdapat pengunjung yang menyewa kamar untuk mengisi liburan di kawasan puncak tretes.

Padahal pada hari-hari biasa, jumlah kamar hotel yang disewa tidak lebih dari sepuluh pengunjung saja.

Dijelaskan, saat ini hampir seluruh hotel ‘full booked’ dan tidak lagi melayani reservasi kepada pengunjung yang akan menghabiskan waktu menjelang pergantian tahun nanti.

Seperti yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, sejumlah hotel menerapkan sistem tarif bervariasi dalam bentuk program paket libur akhir tahun dengan memberikan beragam fasilitas.

Meskipun demikian meningkatnya hunian hotel pada akhir tahun ini, tetap saja tidak mampu mengatrol prosentase okupansi hotel pada kurun tahun 2011 ini, yang hanya mencapai 48 persen dari tahun sebelumnya sebesar 51 persen. tj

Rabu, 28 Desember 2011

Sekelumit Alasan Imigran Timteng Lari Ke Australia


PASURUAN – Seribu satu alasan barangkali dapat diungkap oleh para imigran gelap asal Timur Tengah, yang saat ini ‘terdampar’ di Indonesia.

Bahkan nyawa pun dipertaruhkan, seperti yang terjadi pada para imigran di perairan Prigi, Trenggalek beberapa waktu lalu, hanya demi alasan rasa aman dan memperbaiki nasib lebih baik hingga nekad lari dari Negara tempat mereka lahir, pergi ke negeri orang.

Salah satu imigran asal Afghanistan, Esmat Adine (24) yang termasuk korban dalam peristiwa kapal tenggelam di perairan Prigi, Trenggalek, mengungkapkan derita dan alasannya hingga ia harus lari menghindar dari gejolak sosial politik yang terjadi di negaranya.

Esmat Adine yang saat ini menjadi salah satu deteni (penghuni) Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Surabaya di Bangil, Kab Pasuruan tersebut mengungkapkan satu kenangan yang sampai kini tidak terlupakan pada saat di tahan sekitar 16 hari oleh Taliban yakni kala dipaksa untuk menembaki teman dan keluarganya menggunakan senjata api oleh tentara Taliban.

But I can’t do it (tapi saya tidak bisa menembak teman dan saudara),” ucap Esmat Adine mengenang kembali perlakuan tentara Taliban, dijumpai di Rudenim surabaya, Bangil, Rabu (28/12).

Hidup di negaranya, menurut laki-laki lulusan American Universitas di Kabul ini, sudah tidak lagi ada rasa aman, karena setiap detik dipenuhi dengan perang dan teror senjata api ataupun bom.

Warga Afghanistan yang dianggap bersinggungan dengan warna maupun fasisiltas-fasilitas milik Amerika dipastikan terancam hidupnya, seperti yang dialami Esmat karena bekerja sebagai ‘travel officer’ di USAID.

Ancaman dan teror yang bertubi-tubi itu menjadi pelecut, hingga setelah berhasil membebaskan diri dari penjara Taliban, Ia pun langsung meninggalkan kampung halamannya dengan impian hidup nan indah menuju Australia.

My country is very dangerous to live there, I want go to Australia (Negara saya sangat berbahaya untuk hidup, sehingga saya ingin pergi ke Australia),” katanya kemudian.

Ia pun meringkas cerita dalam perjalannya menuju Australia, terlebih dahulu harus transit di Jakarta, menunggu waktu pemberangkatan melalui laut, bersama ratusan imigran gelap asal timur Tengah lainnya pada bulan Desember 2010 lalu.

Dijelaskan bahwa agar bisa ke Australia dengan naik kapal, ia mengaku harus merogoh ‘kocek’ sebesar USD 4000 kepada seorang bernama Syekh Abbas.

Namun, impian hidup aman dan lebih baik di Australia musnah tersapu bersama tenggelamnya kapal yang membawanya diperairan Prigi, Ternggalek.

Selain hilangnya impian Australia, yang membuat dada Esmat kian sesak adalah karena ia tidak mengetahui nasib dan keberadaan anak tercinta dan saudara-saudaranya yang sebelumnya bersama dalam pelarian.

Saat ini ia hanya ingin menenangkan dan berusaha menata kembali anganan untuk hidup ke negeri kanguru seperti semula.

I have not family, for what I come back? (saya sudah tidak mempunyai saudara lagi, jadi untuk apa saya kembali ke Afghanistan?),” pungkas Esmat. tj

Senin, 26 Desember 2011

Bencana Di Penghujung Tahun


Banjir

PASURUAN – Di penghujung tahun ini, wilayah Kab/Kota Pasuruan justru mendapat ‘hadiah’ berupa bencana banjir yang terjadi sejak Minggu (25/12) sore.

Bencana yang rutin terjadi pada musim hujan itu menerjang tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Pasuruan sekaligus, yakni Bangil, Pohjentrek dan Kraton, serta Desa Karang Ketug, Kec Gadingrejo Kota Pasuruan.

Banjir di Bangil merendam ratusan rumah warga di wilayah Kelurahan Kalirejo, Kalianyar, dan Tambaan. Sedangkan banjir di Pohjentrek merendam Desa Sukorejo, dan di wilayah Kraton merendam Desa Tambakrejo.

Dari catatan BPBD Kabupaten Pasuruan, bencana banjir merendam rumah warga sebanyak 2.515 kepala keluarga (KK), masing-masing Kecamatan Bangil (1.600 KK), Pohjentrek (315 KK) dan Kraton (600 KK).

Selain itu Desa Karang Ketug, Kec Gadingrejo, Kota Pasuruan, yang lokasinya bersebelahan dengan Desa Tambakrejo, Kec Kraton, Kab Pasuruan juga terimbas terjangan banjir dengan ketinggian rata-rata satu meter.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab Pasuruan, Yudha Triwidya Sasongko, mengatakan bahwa banjir terparah diantaranya terjadi di wilayah Desa Tambakrejo, Kec Kraton.

Di tempat ini, air meluber hingga menutup jalan raya pantai utara (pantura) dengan ketinggian mencapai 60 sentimeter.

Akibatnya, arus lalu lintas dua arah di jalur pantura yang menghubungkan Surabaya-Banyuwangi itu lumpuh lebih enam jam. Seluruh kendaraan yang akan melintas dari Surabaya-Probolinggo-Banyuwangi atau sebaliknya terpaksa dialihkan lewat jalur Pandaan-Purwosari-Pasuruan.

Banjir Pasuruan ini juga menghanyutkan seorang pekerja proyek plengsengan sungai Kedung Larangan, Bangil, bernama Yunus (25), warga Kediri. Korban diketahui hilang setelah terpeleset saat hendak buang air besar di sungai Pecuk, Desa Karangjati, Kec Pandaan pada sore kemarin. Dan pada malam harinya korban ditemukan tewas terhanyut banjir di sungai sekitar 500 meter dari lokasi kejadian.

Dari informasi BPBD, banjir ini disebabkan tingginya curah hujan di wilayah hulu yakni wilayah Kec Lawang, Kab Malang yang terjadi sejak pagi hari dan menyebabkan Sungai Welang meluap. Sehingga desa-desa di wilayah Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, Kecamatan Pohjentrek dan Kraton, Kab Pasuruan terendam banjir dan melumpuhkan jalur pantura.

Sementara, di wilayah Bangil, banjir terjadi karena sungai Kedung Larangan meluap hingga membanjiri pemukiman di tiga desa.

Dari pantauan, pada Senin (26/12) pagi banjir yang sempat menggenangi wilayah Pasuruan, mulai surut. Arus lalu lintas yang melewati Desa Tambakrejo, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, yang sempat lumpuh sebelumnya telah kembali normal meskipun genangan air masih terlihat menutup sebagian bahu jalan.

Namun demikian, air dengan ketinggian sekitar 60 sentimeter, masih merendam pemukiman warga di tiga desa di wilayah Kecamatan Bangil, yakni Kalirejo, Kalianyar, dan Tambaan.

Hingga siang tadi, BPBD masih berupaya melakukan penyedotan air agar banjir yang menggenang di tiga desa wilayah Bangil tersebut dapat berkurang.

Upaya penyedotan dengan pompa air itu, dijelaskan oleh Yudha sebagai langkah alternatif dan bersifat ujicoba dan jika berhasil akan diputuskan menambah peralatan pompa dari Dinas Pengairan.

Potensi terjadinya banjir susulan dimungkinkan bisa terjadi. Pasalnya sebagian wilayah Malang dan Pasuruan pada Senin sore masih diguyur hujan.

Sehingga BPBD mengantisipasinya dengan menentukan tiga titik lokasi pengungsian, diantaranya berada di sekitar Kec Bangil, serta menyiapkan petugas Satuan Siaga Bencana.

Hingga saat ini belum terdapat laporan adanya kerusakan rumah akibat banjir yang menyerang pemukiman penduduk, namun dari catatan sementara yang dimiliki BPBD, banjir juga merendam areal persawahan wilayah Kab Pasuruan seluas 60 hingga 100 hektar.

Tanah Longsor

Sementara itu, hujan yang mengguyur seharian pada Minggu kemarin juga mengakibatkan tanah tebing perbukitan di tiga titik wilayah Kec Tosari, Kab Pasuruan longsor.

Akibatnya, jalur utama menuju Taman Wisata Bromo terputus akibat tertimbun longsoran tanah.

Salah satu titik longsoran akibat hujan dan angin kencang itu berada di jalan Propinsi, tepatnya sekitar satu kilometer dari pusat Desa/Kec Tosari, Kab Pasuruan. Dan dua titik lainnya berada di sekitar Desa Baledono, Kec Tosari.

Pada senin pagi Pemkab Pasuruan, menyatakan Jalur ke wisata Gunung Bromo di Desa/Kecamatan Tosari sudah dibuka dan jalan dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat setelah petugas membersihkan material Lumpur dan bebatuan di tiga titik longsor dengan alat berat.

Masyarakat saat ini bisa memanfaatkan sisa liburannya dengan berkunjung ke Taman Wisata Bromo karena jalur sudah normal kembali, meskipun dihimbau tetap meningkatkan kewaspadaan dalam perjalanannya karena jalur berkelok dan bertebing itu masih licin terdapat lumpur serta kerikil masih berserakan di jalanan.

Akan tetapi, ditegaskan juga jika sejumlah titik jalan di sekitar Tosari masih berpotensi terjadi longsor lagi karena hujan disertai angin kencang masih terus terjadi di kawasan ini. tj

Minggu, 25 Desember 2011

Tak Punya Ongkos Rayakan Liburan, Satroni Toko

PASURUAN – Gara-gara tidak punya ongkos untuk rayakan liburan akhir tahun, seorang pemuda bernama Moh Udin (22), warga Dsn. Susukan RT/RW 2/1 Ds. Nguling, Kab Pasuruan, nekad satroni sebuah toko kelontong di dalam pasar Nguling, Kab Pasuruan. Minggu (25/12).

Di hadapan penyidik di Mapolsek Nguling saat itu, Udin mengaku tidak ingin melewatkan liburan panjang kali ini.

Saat ini ia berencana mengumpulkan uang saku untuk dipergunakan berkeliling kota dan pesta bersama teman-temannya merayakan malam tahun baru nanti.

“Nggak punya uang untuk main,” kata Udin singkat, di hadapan penyidik di Mapolsek Nguling.

Menurut Kapolsek Nguling, AKP Sajudi, pemuda ini dikenal sebagai preman kampung yang selama ini kerap meresahkan warga sekitar. Bahkan dilaporkan juga jika pelaku ini, memiliki catatan tindak kejahatan yang sama hingga dihukum di dalam penjara beberapa waktu yang lalu.

“Anak itu memang dikenal nakal, suka mabuk-mabukan sampai judi bilyard,” terang AKP Sajudi.

Peristiwa pencurian itu terungkap setelah Salam (40), pemilik toko, warga Dsn Sumurlecen, Ds Kedawang, Kec Nguling, sekitar pukul 07.30 WIB keamrin lapor ke Polsek Nguling, jika toko miliknya telah dibobol pencuri.

Selanjutnya polisi saat itu juga langsung melakukan penyelidikan ke lokasi toko dalam pasar Nguling itu dan berhasil mengidentifikasi pelaku.

Sekitar pukul 09.00 WIB tim buser Polsek Nguling melakukan penggerebekan dan berhasil menangkap Udin tanpa ada perlawanan.

Pemuda yang tidak memiliki pekerjaan tetap ini, mencuri toko, dengan cara menjebol dinding toko yang terbuat dari triplek yang diperkirakan dilakukan sekitar pukul 03.00 WIB dini hari kemarin.

Dari tangan tersangka, polisi juga mengamankan berbagai barang bukti hasil curian, mulai dari ratusan bungkus bahan seperti susu instant, kopi instant, permen minuman penyegar dengan nilai tidak lebih dari Rp 200 ribu.

Akibat perbuatannya, pelaku terancam dihukum 5 tahun penjara sesuai pasal 362 KHUP tentang pencurian. tj

Mobil Terjun Ke Sungai, Pengemudi Tewas


PASURUAN – Seorang pengemudi tewas setelah mobil sedan yang ditumpanginya terjun ke dalam sungai, tepat di depan pegadaian di daerah Purwosari, Kab Pasuruan, sekitar pukul 04.30 WIB pagi tadi.

Kondisi badan mobil bernopol N-47-AN tersebut ringsek dan terjepit di antara bebatuan di bawah jembatan sungai, hingga petugas kesulitan saat hendak mengevakuasi bangkai kendaraan.

Sejumlah warga melihat peristiwa waktu itu, menuturkan bahwa mobil yang dikemudikan Bortab Simbolon (46) itu, melaju dari arah Malang menuju Pasuruan dengan kecepatan tinggi terlihat ugal-ugalan bergerak sedikit zigzag.

Di lokasi itu, sang sopir mencoba mendahului sebuah kendaraan yang berada di depannya dari sisi sebelah kiri. Namun tidak disangka dari sisi yang sama, ada sebuah motor melaju pelan. Agar terhindar dari tabrakan dengan motor itu, mobil pun dibanting ke kiri dan akhirnya terjun ke dalam sungai setelah menabrak tonggak pembatas sungai.

Bortab tewas di tempat kejadian dengan menderita luka pada kepala serta patah tulang di sebagaian tubuhnya dan saat itu langsung dilarikan ke Puskesmas Purwosari.

Sedangkan seorang penumpang lain bernama Kodir (35), mengalami luka serius pada bagian kepala dan kaki, hingga harus dilarikan ke rumah sakit umum Syaiful Anwar Malang. Kedua korban tercatat sebagai warga Perumahan Keputran, Purwosari, Kabupaten Pasuruan. 

“Nyalip mobil, lah ternyata di depannya ada sepeda motor, trus itu masuk sungai,” terang Zainul di lokasi kejadian.

Setelah beberapa waktu disemayamkan di Puskesmas Purwosari, oleh polisi bersama keluarga, korban tewas selanjutnya dibawa ke RSU Syaiful Anwar untuk dilakukan visum.

Polisi masih melakukan penyelidikan dan masih mencari penyebab utama terjadinya kecelakaan dengan memeriksa sejumlah warga dan korban selamat. tj

Jumat, 23 Desember 2011

Gudang Miras Digerebek Polisi


PASURUAN – Sebuah toko kelontong, diduga tempat penyimpanan sekaligus distributor minuman keras (miras) ilegal digerebek Satuan Reskoba Polresta Pasuruan. Sedikitnya 2.000 botol miras berbagai jenis dan merk berhasil diamankan dalam penggerebekan ini.

Penggerebekan dilakukan sekitar pukul 09.00 WIB pagi tadi, saat toko yang menjual alat dan perlengkapan rumah tangga milik FD itu baru saja dibuka dan masih sepi pembeli.

Berbekal surat ijin yang telah ditunjukkan kepada pemilik toko, belasan anggota Reskoba bersama petugas Polsek Gading Rejo langsung menggeledah tiap ruang dalam toko yang berlokasi di kawasan Pasar Besar itu dan menemukan tumpukan kardus berisi miras ilegal yang disimpan di sebuah ruangan bagian belakang toko.

Pihak kepolisian menegaskan sebelumnya bahwa toko kelontong tersebut diduga hanya dijadikan kedok bagi pemilik, karena usaha utamanya ternyata distributor miras (ilegal) skala besar yang pemasarannya meluas ke sejumlah titik di wilayah Kota/Kab Pasuruan.

Diantara ribuan botol miras berkadar alkohol antara 15 hingga 43 persen yang diduga palsu itu, petugas juga menemukan ratusan botol miras oplosan dikemas dalam botol air mineral berukuran 1,5 liter, siap untuk dijual.

Miras berbahaya itupun langsung disita, diangkut ke dalam truk polisi dan selanjutnya dibawa ke Mapolresta Pasuruan.

Sedangkan pemilik gudang miras, saat itu tidak turut diamankan karena polisi masih menunggu proses pemeriksaan terhadap miras yang diduga ilegal itu.

Penggerebekan ini merupakan salah satu upaya menjaga ketertiban dan keamanan menjelang perayaan natal dan libur tahun baru nanti.

“Penyelidikan ini tidak sebentar, alhamdulillah kita bisa memberikan yang terbaik kepada masyarakat kota . Ini memang target kita,” ujar AKBP Atih Nursani Purwatih, Kapolresta Pasuruan

Selama dua hari terakhir, miras ilegal yang berhasil diamankan polisi dalam gelaran cipta kondisi, berjumlah hampir 2.700 botol miras. Rencananya, upaya penertiban serupa akan terus dilakukan hingga perayaan natal dan libur tahun baru berakhir. tj

Kamis, 22 Desember 2011

Hari Ibu, Ratusan Siswa TK Konvoi Becak Hias


PASURUAN – Keceriaan peringati hari ibu yang jatuh pada 22 Desember kali ini, juga dijumpai di Pasuruan. Diantaranya dilakukan ratusan siswa taman kanak-kanak (TK) Ar-Rahman Pohjentrek dengan menggelar konvoi becak hias berkeliling kota bersama ibunya.

Kemeriahan konvoi kian terasa karena selain menghias becak, siswa siswi TK bersama ibunya mengenakan busana tradisional seperti adat Jawa hingga Sumatera, serta berbagai pakaian profesi seperti polisi dan dokter.

Sebelum konvoi, siswa siswi TK itu berkumpul di lapangan Wijaya Kota Pasuruan dan berakhir di halaman sekolah TK Ar-Rahman.

Konvoi sekitar 60 becak yang melintas di sepanjang jalan raya Pohjentrek yang merupakan jalur utama menuju Malang itu dikawal satuan Lantas dari Polsek Pohjentrek, agar kemacetan lalu lintas dapat dihindari.

Keceriaan pun memuncak setelah rombongan konvoi becak hias tiba di halaman sekolah karena siswa siswi serentak memberikan ciuman sayang dan memberikan setangkai bunga kepada sang ibu.

Salah satu guru bernama Maria Ulfa, mengungkapkan konvoi hias becak tersebut sengaja digelar untuk memperingati hari ibu untuk membekali keteladanan diri siswa siswi terhadap orang tua. tj

Rabu, 21 Desember 2011

17 Imigran Gelap Pindah Ke Rudenim

Imigran Selamat Kapal Tenggelam Di Trenggalek


PASURUAN - sebanyak 17 dari 34 imigran gelap korban selamat tenggelamnya kapal di perairan Perigi, Trenggalek yang terjadi beberapa waktu lalu, yang sebelumnya berada di Kantor Imigrasi Blitar, dipindahkan ke Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Surabaya di Kec Bangil, Kab Pasuruan. Rabu ( 21/12 ).

Rombongan imigran tersebut dipindahkan dengan pengawalan ketat polisi dari satuan Polresta Blitar bersama Polres Pasuruan, tiba di Rudenim menumpang bus Sumber Jaya bernopol AG-7004-UL sekitar pukul 15.00 WIB.

Sebelum dibawa ke ruang detensi, satu persatu imigran gelap yang semuanya laki-laki dewasa itu, digeledah petugas dengan metal detektor sekaligus pemeriksaan barang bawaan serta kelengkapan surat-surat yang dibawa imigran.

Semua imigran terlihat dalam kondisi sehat, meskipun beberapa diantaranya masih terlihat bekas luka memar dan beberapa goresan di tangan atau kaki mereka.

Dari informasi data yang dimiliki Rudenim Surabaya, diketahui ke-17 imigran berasal dari 2 warga negara Pakistan; 12 warga Iran; dan 3 orang mengaku sebagai warga Afghanistan.

''Dari 17, hanya 5 imigran yang membawa paspor,'' ungkap Plh. Kepala Rudenim Surabaya, Taty Sufiani.

I Made Suwanda, Kasi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Blitar menegaskan jika imigran yang dikirim ke rumah detensi seluruhnya berjumlah 34 orang yang merupakan korban selamat tenggelamnya kapal yang ditumpangi saat pelarian. 17 orang dibawa ke Rudenim Surabaya di Bangil. Sedangkan lainnya ditempatkan di Hotel Istana Permata, Gedangan Sidoarjo.

Ke-17 imigran yang berada di Hotel Istana Permata, masing-masing diantaranya 9 Warga Negara Afganista; 4 warga Iran; dan 4 warga Pakistan.

Lebih lanjut diketahui jika 17 orang warga asing yang dipindah ke Sidoarjo itu menumpang bus Putra Kembar bernopol AG-7014-K tiba sekitar pukul 16.30 WIB dan ditempatkan dikamar hotel nomor 221, 226 dan 227. tj

Berikut nama-nama Imigran di Hotel Istana Permata :
  1. Mastureh Minaee Azari (28), Laki-laki WN Iran
  2. Mohammad Aadi Parvivash (32), Laki-laki WN Iran
  3. Amir Ali Parvivash (4), Laki-laki WN Iran
  4. Atena Hardani (18), Perempuan WN Iran
  5. Mohammad Husein Aslani (15), Laki-laki WN Iran
  6. Sultan Ali Ashari (23), Laki-laki WN Iran
  7. Karrar Husain Naouro (15), Laki-laki WN Afganistan
  8. Ali Dast Yosuofi (17), Laki-laki WN Afganistan
  9. Shafik (17), Laki-laki WN Afganistan
  10. Khadim Hussain (32), Laki-laki WN Afganistan
  11. Nassir Hussein (29), Laki-laki WN Afganistan
  12. Muazafar Ali Husein (20), Laki-laki WN Afganistan
  13. mehmod abbas (12), Laki-laki WN Afganistan
  14. Ali Jan (15), Laki-laki WN Afganistan
  15. Syed Muhammad Zia (18), Laki-laki WN Pakistan
  16. Baqir Hussain (15), Laki-laki WN Pakistan
  17. Armaghan Haider (16), Laki-laki WN Pakistan

Kabag Adm SDA Pemkot Pasuruan Mundur


PASURUAN – Merasa tidak mampu memberikan kewajiban pelayanan kepada masyarakat, Yunus Iljas, Kepala Bagian Administrasi dan Sumber Daya Alam (SDA), menyatakan diri mundur dari jabatannya. Rabu (21/12).

Sikap jantan untuk mundur tersebut disampaikan pejabat eselon di Pemkot Pasuruan ini secara tertulis kepada Walikota Pasuruan, H Hasani. Dengan mundur dari jabatannya itu, Yunus Iljas dipastikan dalam posisi non-job dan kehilangan berbagai tunjangan jabatan yang selama ini dinikmatinya.

“Dari pada lalai menjalankan tugas, sekalian mundur. Kalau untuk tunjangan dan lainnya, sudah menjadi konsekwensi,” tegas Yunus Iljas.

Selain alasan tidak mampu, Yunus Iljas tidak memberikan penegasan dan jawaban pasti lainnya, saat ditanya kemungkinan terdapat masalah lain yang melatar belakangi sikap mundurnya tersebut.

Mundurnya Yunus Iljas dari jabatannya tersebut mendapat tanggapan dari kalangan DPRD Kota Pasuruan. Pasalnya, mundurnya pejabat di lingkungan Pemkot Pasuruan ini tergolong peristiwa langka bahkan sebelumnya tidak pernah terjadi.

“Secara pribadi saya respect dengan mundurnya pejabat yang bersangkutan. Karena disaat ini kecenderungan pejabat mempertahankan jabatannya, ini justru mundur,” kata Farid Misbah, Anggota Komisi I DPRD Kota Pasuruan yang membidangi masalah hukum dan pemerintahan.

Menurut Farid Misbah, mundurnya Yunus Iljas dari jabatannya tersebut, tentu ada masalah mendasar yang menjadi latar belakang, selain alasan tidak mampu melayani. Sehingga Farid berharap Walikota Pasuruan hendaknya bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan dan melakukan evaluasi diri.

Sementara itu, Kabag Humas Pemkot Pasuruan, Rudiyanto, menyampaikan jika Pemkot Pasuruan saat ini masih mengecek surat mundur dari jabatan Yunus Iljas.

“Masih kami cek dulu kebenarannya, suratnya sudah masuk atau belum juga masih diperiksa,” ujar Rudiyanto. tj

Selasa, 20 Desember 2011

PKL Melawan, Satpol PP Gagal Lakukan Penertiban


PASURUAN – Pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Besar Kota Pasuruan, melakukan perlawanan hingga berhasil menggagalkan upaya penertiban tim gabungan Satpol PP, Polisi dan Polisi Militer, Selasa (20/12).

Seorang ibu dalam mempertahankan barang dagangannya sempat nekad mengancam petugas dengan mengacung-acungkan pisau, sedangkan sejumlah ibu-ibu pedagang lainnya histeris mencoba melawan untuk mempertahankan lapak dagangannya.

Peristiwa itu terjadi saat tim gabungan mencoba memberi pemahaman kepada pedagang agar membongkar lapak dagangannya karena keberadaannya dianggap liar dan mengotori lokasi pasar.

Namun, PKL bersikukuh mempertahankan lapak dagangannya selanjutnya melakukan perlawanan. Perlakuan petugas dituding tidak adil, karena sejumlah tempat dagangan semi permanen lainnya yang berdiri di sekitar pasar, tidak turut ditertibkan dan dibiarkan tetap berdiri.

Selain itu, petugas dianggap sewenang-wenang karena sebelumnya rencana pernertiban itu tidak disosialisasikan terlebih dahulu kepada pedagang.

“Belum ada sosialisasi dari Pemkot. Kami tidak tahu mau dibawa kemana,” Teriak Yanto, salah satu PKL.

Untuk beberapa waktu suasana panas di luar Pasar Besar yang terjadi sebelumnya berangsur-angsur mulai mereda, setelah petugas berhenti melakukan upaya pembersihan lapak PKL.

Pedagang meminta agar Pemerintah Kota Pasuruan, lebih bersikap adil dan tidak serta merta melakukan penggusuran, karena keberadaan PKL selama ini juga telah mendapat ijin pejabat pasar dan kewajiban membayar retribusi juga dipenuhi pedagang.

Sementara, Kepala Bagian Operasional Satpol PP Kota Pasuruan, Isa Ansori mengatakan para PKL tersebut dinilai melanggar aturan karena menggelar dagangan di bahu jalan sehingga menyesaki tepi area sepanjang jalan Pasar Besar.

Pemerintah dikatakan oleh Isa Ansori tidak pernah melakukan pelarangan terhadap aktivitas PKL, akan tetapi pedagang seharusnya mengikuti aturan dan melihat kepentingan umum maupun khususnya ketertiban jalan umum.

Penertiban PKL tidak dilakukan serta merta tetapi menggunakan pendekatan persuasif lebih dulu karena tindakan penertiban dengan cara represif dimungkinkan mematikan ekonomi pedagang.

“Tentunya kami tidak akan arogan dalam penertiban, karena ini masalah perut,” kata Isa Ansori. tj

Minggu, 18 Desember 2011

Pemerintah Akui Belum Adil Terhadap Difabel


PASURUAN – Pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dan pelayanan kepada warganya selama ini, masih belum memperhatikan keberadaan penyandang cacat (difabel).

Pernyataan itu diakui Wakil Gubernur Syaifullah Yusuf, saat menghadiri acara Reuni Akbar Eks Klien tahun 1986-2011 yang terangkai Peringatan Hari Penyandang Cacat (Hipenca) Internasional di aula gedung UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh, Bangil, Kab Pasuruan. Minggu (18/12).

Menurutnya, kebijakan dalam berbagai sektor pembangunan oleh pemerintah masih kurang adil karena para penyandang cacat tubuh belum menjadi mainstream (arus utama) dalam pembangunan.

“Negara maju, jika membangun jalan sudah diperhatikan bagaimana nantinya para penyandang cacat ini dapat juga menikmati jalan dengan nyaman dan aman,” ujar Syaifullah Yusuf dalam sambutannya.

Ungkapan tersebut juga terlihat dalam kebijakan anggaran bagi para penyandang cacat di Jawa Timur yang hanya dialokasikan sekitar Rp 10 Milyar.

Dari jumlah itu, wilayah Kab Pasuruan hanya kebagian sekitar Rp 100 juta untuk memenuhi kebutuhan dan perhatian kepada para penyandang cacat yang dikelola UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Dinas Sosial Jatim yang ada di Bangil, Kab Pasuruan.

Lebih lanjut diketahui jumlah klien yang termasuk dalam binaan UPT ini sebanyak 150 klien, terbagi masing-masing sebanyak 90 orang penderita cacat tubuh dan 60 klien lainnya penyandang tuna rungu dan wicara.

Namun demikian, Gus Ipul, sapaan akrab Syaifullah Yusuf, menegaskan Pemprop Jatim dalam waktu mendatang akan terus berupaya agar kelompok difabel ini menjadi arus utama dalam tiap proses pembangunan daerah.

Sementara, Ahmad Sulthon, ketua Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI) Jawa Timur membenarkan jika selama ini perlakukan dalam bentuk kebijakan pemerintah masih belum memenuhi rasa keadilan bagi penyandang cacat.

Dijelaskan jika selama ini, pemerintah maupun pihak swasta dalam membangun sarana maupun fasilitas umum belum memperhatikan aksesibilitas bagi kelompok difabel.

Sehingga Ahmad Sulthon menyatakan ketegasannya menuntut kepada pemerintah segera mengupayakan penerbitan peraturan daerah yang mengatur khusus terkait aksesibilitas kelompok difabel.

Pada reuni akbar dan Hipenca kali ini, para penyandang cacat juga menggelar kegaitan lain diantaranya penanaman seribu pohon, donor darah dan tour sepeda roda tiga. tj

Tiga Beruang Coklat, Kado Liburan Akhir Tahun Di TSI Prigen


PASURUAN – Menjelang liburan di penghujung tahun ini, Taman Safari Indonesia (TSI) II Prigen, Pasuruan, mendapat hadiah spesial berupa tiga ekor bayi beruang coklat.

Tiga bayi satwa asal Amerika tersebut dilahirkan secara normal dengan berat sekitar 120 kilogram, dari indukan betina bernama Joy dan seekor pejantan bernama Chiko, pada 10 Juli lalu.

Dua ekor bayi berjenis kelamin jantan dan oleh keeper, masing-masing dipanggil dengan Julio dan Junior. Sedangkan seekor bayi lainnya memiliki jenis kelamin betina, diberi nama Juni.

Salah satu dokter hewan TSI Prigen, drh. Ivan Chandra, mendampingi sejumlah wartawan pada Minggu (18/12) siang, menuturkan bahwa selama delapan bulan terhitung sejak awal kebuntingan hingga melahirkan, satwa omnivore ini membutuhkan perhatian khusus dan perawatan ekstra hati-hati dari keeper.

Terlebih pada masa setelah melahirkan, indukan beruang harus dalam kondisi nyaman dan aman, terhindar dari segala gangguan. Pasalnya, dari penegasan Ivan Cahdra, sang induk beruang, sewaktu-waktu dapat memangsa bayi-bayinya yang baru dilahirkan itu.

“Beruang ini butuh tempat yang tenang dan sepi untuk mengamankan calon bayinya. Nah, kebetulan melahirkan tiga ekor sekaligus dan ini jarang terjadi,” ujar drh Ivan Chandra.

Dilanjutkan oleh Ivan, jika di alam bebas, beruang coklat saat akan melahirkan biasanya mengamankan diri dari predator maupun pengganggu lainnya dengan berdiam diri di dalam gua. Setelah berhasil melahirkan, induk dan bayi beruang dapat keluar dan berkeliaran dari dalam gua, tempat berlindung sebelumnya.

Dengan kelahiran ini, koleksi beruang coklat di TSI prigen bertambah menjadi delapan ekor. Bertambahnya satwa langka ini ditegaskan juga merupakan suatu bentuk tanggung jawab bersama dalam menjaga kelestarian alam dan satwa.

Menjelang liburan akhir tahun ini, pengunjung sudah dapat melihat lucunya beruang-beruang kecil di lokasi satwa Zona Eropa TSI Prigen. tj

Sabtu, 17 Desember 2011

Pesta Budaya Suku Tengger 'Brang Kulon'


PASURUAN – Bencana erupsi Gunung Bromo yang melanda beberapa waktu, sepertinya menjadi pelecut warga Suku Tengger di Pasuruan untuk berkarya, mengenalkan kembali kekayaan budaya dan wisata alamnya, dalam sebuah tajuk kegiatan Pesta Budaya Suku Tengger.

Pesta budaya yang kali pertama digelar oleh masyarakat asli Suku Tengger ‘Brang Kulon’ ini berlangsung meriah, dipusatkan di sebuah lapangan Desa/Kec Tosari, selama dua hari sejak Jum’at (16/12) kemarin.

Beragam bentuk budaya unik dan menarik diantaranya festival reog, potensi pertanian lokal hingga kuliner tradisional suku tengger, terangkai memeriahkan pesta rakyat.

Ribuan warga berusia tua hingga anak-anak pun tumpah ruah menyambut kelompok seni Reog Ponorogo yang melakukan iring-iringan menuju lokasi untuk berlaga dalam festival reog saat itu.

Terdapat lima kelompok seni reog yang mewakili warga sekitar Kec Tosari, saling bergiliran beratraksi, beradu kemampuan dalam memainkan tari reog Ponorogo saat itu.

Terlihat seorang nenek di sela ribuan warga lainnya, terus menunjukkan kegembiraannya berdiri di lapangan, sambil sesekali menunjukkan tiap gerak atraksi ‘barongan reog’ kepada balita perempuan yang dibekap dalam gendongannya.

“Itu nduk reog-nya menari,” tunjuk si nenek kepada balita dengan sarung tersampir di pundak.

Beragam potensi hasil pertanian unggulan warga lereng Gunung Bromo, berupa sayur mayur diantaranya kubis, tomat hingga kentang jenis Granola turut dipamerkan dalam gelaran ini.

Menarik untuk dilihat dalam unggulan hasil pertanian itu adalah kentang Granola karena tanaman semusim tersebut selama ini dikenal menjadi produk unggulan warag suku tengger yang memiliki ukuran lumayan besar hingga dua kepalan tangan orang dewasa.

Salah satu petani Tosari, bernama Wiji, menunjukkan sukacitanya saat mengikuti event pesta rakyat yang digelar dalam berbagai rangkaian budaya dan potensi ekonomi lokal ini.

“Pesta rakyat ini menjadi salah satu wadah yang bisa meningkatkan hiburan dan pendapatan kami sebagai petani,” ujar Wiji.

Tidak ketinggalan, bermacam jajanan tradisional hingga kelezatan kuliner khas warga tengger seperti Aron (menu makanan tradisional terbuat dari jagung dan parutan kelapa) juga turut ambil bagian dalam pesta budaya Suku Tengger.

Salah satu tetua adat suku tengger, Sutrisno Sudigdo menuturkan, pesta rakyat ini merupakan bentuk apresiasi kemandirian warga Suku Tengger setelah sekian waktu wilayahnya diterjang bencana erupsi Gunung Bromo.

Pesta rakyat ini sekaligus sebagai penarik wisatawan baik lokal maupun asing yang berkunjung menikmati keanekaragaman budaya dan panorama alam Gunung Bromo, melalui pintu masuk wilayah Kabupaten Pasuruan.

Warga suku tengger berharap agar Pemerintah Daerah setempat, menyambut gelaran ini hingga menjadi agenda budaya rutin, karena pesta rakyat juga dapat mengangkat perekonomian warga suku tengger. tj

Jumat, 16 Desember 2011

Atap Bangunan Baru MAN Ambruk

PASURUAN – Tidak ada hujan dan tidak ada angin, sebuah atap ruangan gedung Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Pasuruan tiba-tiba ambruk. Beruntung tidak ada korban dalam peristiwa ambruknya atap baru dari bangunan bertingkat itu.

Informasi terkait ambruknya atap masih simpang siur. Sejumlah pekerja bangunan saat dijumpai pada Jum’at (16/12) siang itu, sepertinya enggan memberikan kepastian waktu kejadian maupun penyebab utama hingga atap gedung ambruk.

Salah seorang pekerja yang mengaku bernama Munif memberikan informasi bahwa atap tersebut diperkirakan ambruk pada Kamis (15/12) malam kemarin, karena sebelumnya kondisi atap masih normal terpasang genting.

“Kamis (15/12) siang kemarin atap tidak apa-apa. Tapi tadi pagi, kok ada kendaraan yang memuat galvalum mengganti atap yang ambruk,” terang Munif.

Namun Fuad, seorang pekerja lain, yang saat itu tengah memperbaiki atap gedung baru tersebut, memberikan keterangan bahwa ambruknya atap sudah terjadi sejak sebulan yang lalu.

“Ambruk sudah sebulan lalu dan ini dibetulkan,” singkat Fuad sambil melanjutkan pekerjaannya.

Sejumlah warga Kel Wironini, Kec Purworejo, yang berdekatan dengan gedung sekolah juga tidak mengetahui secara persis terkait ambruknya atap gedung baru itu.

Salah seorang warga yang enggan disebut namanya mengatakan jika selama ini di seputaran wilayah sekolah juga tidak terjadi peristiwa angin kencang atau hujan deras yang mampu merobohkan sebuah bangunan.

"Sesekali memang terjadi hujan, tapi sepertinya hujannya ringan," ujar warga.

Di seputaran lokasi ambruknya atap, puing logam galvalum yang digunakan sebagai kerangka atap bangunan yang telah ambruk, terlihat sudah tidak ada lagi.

Namun siang itu, banyak pekerja masih menyingkirkan pecahan genteng yang berserakan di sekitar gedung baru dan selanjutnya memasukkannya ke dalam sak.

Rekahan di sekeliling tembok bagian atas, bekas atap ambruk gedung yang masih dalam proses pengerjaan itu pun masih jelas terlihat.

Informasi pun kian sulit lantaran papan nama pengerjaan sebuah proyek di seputar areal MAN Kota Pasuruan juga tidak terpasang. Sehingga keterangan nilai nominal proyek gedung maupun rekanan selaku pelaksananya juga tidak diketahui secara pasti.

Hanya saja dari informasi diketahui jika proyek pembangunan gedung MAN Kota Pasuruan itu dibai untuk dua pelaksana.
Sedangkan bangunan yang atapnya mengalami ambruk, menjadi tanggung jawab rekanan DRW asal Kota Pasuruan.

Salah seorang guru yang ditemui di sekolah, mengaku khawatir karena ambruknya atap ini sekaligus telah menunjukkan bahwa mutu bangunan lainnya yang saat ini tengah dikerjakan diperkirakan buruk.

Ada dua rekanan yang melaksanakan proyek. Melihat kejadian itu, saya khawatir bangunan lain juga seperti atap ambruk itu. Apalagi kalau ambruknya saat jam pelajaran, bisa ada korban,” ujar guru tersebut.

Sang guru berharap kepada pihak yang berwenang, peristiwa ini menjadi dasar untuk dilakukan pemeriksaan teknis bangunan secara menyeluruh baik yang telah selesai dikerjakan maupun yang masih dalam tahap pengerjaan.

Sementara, Kepala MAN Kota Pasuruan, Miftahul Huda, siang itu sudah meninggalkan sekolah sehingga tidak dapat dimintai keterangan terkait ambruknya atap bangunan baru di sekolahnya itu.

“Kepala sekolah pulang sebelum sholat Jum’atan tadi,” kata Sudariyono, penjaga sekolah. tj

Kamis, 15 Desember 2011

Perangkat Desa Tuntut Kesejahteraan


PASURUAN – Sedikitnya 300 perangkat desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) menggelar aksi unjukrasa menuntut perbaikan nasib, ke kantor Pemkab Pasuruan. Kamis (15/12).

Mengawali aksi, perangkat desa dengan berbagai atribut seperti spanduk dan poster berisi tuntutan, sebelumnya melakukan konvoi kendaraan bermotor dari alun-alun Bangil menuju kantor Pemkab hingga sempat menggangu arus lalu lintas beberapa waktu.

Ada delapan tuntutan yang dalam aksinya kali ini, terutama tuntutan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan nasib dan meningkatkan kesejahteraan perangkat desa.

Diungkapkan dalam tuntutan bahwa perangkat desa selama ini hanya mendapatkan honor dan tunjangan bulanan sebesar Rp 650 ribu saja yang dibayar tiap tiga bulan sekali. Sehingga tunjangan yang selama ini diharapkan segera disetarakan dengan besaran upah minimun Kabupaten Pasuruan yakni sebesar Rp 1,252 juta.

“Tunjangan perangkat desa seharusnya dinaikkan. Kebutuhan ekonomi semakin tinggi sedangkan tunjangan sangat kecil, jika dibandingkan dengan tanggung jawabnya,” tegas Nur Khasan, Perangkat Desa Beji, Kec Beji.

Ditambahkan, Perangkat Desa yang sudah purna maupun meninggal dunia dalam masa tugas juga selayaknya diberikan tali asih sebesar Rp 20 juta yang dibayarkan tepat waktu.

Selain tunjangan kepada perangkat desa, pemerintah juga diminta untuk memperhatikan nasib keluarga para perangkat desa dengan memberikan jaminan kesehatan dan tunjangan keluarga lainnya.

Sementara Wakil Bupati Pasuruan, Eddy Paripurna, saat melakukan dialog dengan perwakilan Perangkat Desa hanya memberikan janji dan penampung aspirasi dan tuntutan perbaikan nasib perangkat desa. tj

Kecewa Bupati, Dua Buruh PT Winaros Pingsan Di Gedung Dewan


PASURUAN – Suasana gedung DPRD Kab Pasuruan mendadak geger karena dua orang buruh PT Winaros Kawula Bahari (PT Winaros) bernama Sumarni dan Azizah pingsan, setelah bertemu Bupati Pasuruan Dade Angga di halaman kantor dewan sekitar pukul 14.00 WIB tadi.

Tangis histeris puluhan buruh perempuan itu, kian menambah suasana di sekitar gedung semakin ricuh tidak terkendali. Sejumlah buruh berteriak, meratap dan memaki diri karena nasib buruk yang dialaminya ternyata tidak diperhatikan oleh penguasa di Pasuruan.

“Kami hanya minta keadilan. Ya Allah kami ini orang kecil, jangan ditendang seperti bola,” teriak histeris seorang buruh sambil mendekap Sumarni yang tergeletak di lantai halaman gedung dewan.

Setelah beberapa lama kondisi geger pun mereda dan dua buruh yang pingsan itupun dibawa ke dalam gedung untuk mendapat perawatan.

Pingsannya dua buruh itu lantaran kecewa dengan sikap Bupati Pasuruan, Dade Angga yang tidak segera memberikan jawaban pasti bahkan terkesan melepas tanggung jawab terhadap nasib yang dialami buruh PT Winaros.

Dalam dialog yang dilakukan di halaman depan gedung dewan itu, sejumlah buruh yang telah menunggu sejak pukul 07.00 WIB itu menduga, sikap Dade Angga menemui buruh itu hanya ‘lips service’ karena dalam kalimat yang diucapkan terkesan tidak tegas dan melepas tanggung jawab, dengan menyatakan tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan manajemen PT Winaros.

Pendamping buruh, Suryono Pane, menilai sikap Bupati pasuruan ini menunjukkan hilangnya rasa adil karena menelantarakan buruh yang membutuhkan perlindungan.

Buruh berharap agar pemerintah memberikan sanksi terhadap PT Winaros karena telah melakukan pelanggaran dengan melarang sekitar 152 buruh bekerja tanpa dasar.

Selain pemberian sanksi, buruh juga menuntut agar perusahaan memberikan gaji dan upah selama hampir tiga bulan tidak diperbolehkan bekerja, pasalnya buruh selama ini merasa tidak melakukan kesalahan yang merugikan perusahaan.

“Kasus PT Winaros ini sangat mudah. Kenapa pejabat kita kok sepertinya mempersulit diri,” Sergah Suryono Pane.

Sementara itu, Kepala Disnaker Kab Pasuruan, Yoyok Heri Sucipto menyatakan bahwa pemerintah daerah sepenuhnya telah melakukan tugas dan tanggung jawabnya dalam menangani permasalahan yang dihadapi buruh dengan PT Winaros.

Buruh hanya diminta bersabar karena saat ini proses penyelesaian sepenuhnya di tangan pihak kepolisian atas dugaan pelanggaran hukum seperti yang dituntut buruh selama ini. tj

Rabu, 14 Desember 2011

Telanjang Di Gedung Dewan


PASURUAN – Belasan anggota LSM mengatasnamakan Koalisi Organisasi Non Pemerintah (Kornop) menggelar aksi unjuk rasa telanjang dada di Gedung DPRD Kab Pasuruan. Rabu (14/12), menuntut agar pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kab Pasuruan tahun anggaran (TA) 2012 ditunda.

Salah satu pengunjukrasa, Wilujeng Sudarto, menegaskan kegiatan aksi telanjang ini dilakukan sebagai sebuah gambaran terhadap prilaku anggota DPRD Kab Pasuruan selama ini karena telah kehilangan rasa malu.

“Jadi kalau rasa malu sudah tidak ada, para pejabat di Kab Pasuruan ini seharusnya mundur saja,” kata Wilujeng Sudarto.

Kritikan berbentuk aksi telanjang terhadap prilaku anggota dewan tersebut dilakukan setelah sebelumnya permintaan sejumlah LSM untuk menunda pengesahan RAPBD ditetapkan menjadi APBD tidak diindahkan oleh pimpinan dewan dengan tetap berencana menggelar agenda pengesahan RAPBD pada Kamis (15/12) besok (red, hari ini).

Dalam RAPBD Kab Pasuruan TA 2012, ditegaskan oleh Kornop sarat manipulasi, tidak transparan bahkan dituding tidak memihak kepada rakyat, karena elemen masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam proses penyusunannya dan tiba-tiba akan dilakukan pengesahan.

Kornop hingga menjelang pengesahan APBD, mengaku tidak mengetahui adanya penyerahan dan pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) oleh Pemerintah Daerah sebagai dasar penyusunan RAPBD, dengan DPRD Kab Pasuruan.

Padahal sesuai dengan Permendagri nomor 22 tahun 2011 tentang Tata Cara Penyusunan APBD, proses penyusunannya diantaranya mengharuskan keterlibatan maupun partisipasi masyarakat sehingga dalam penganggaran terdapat asas kepatuhan dan keadilan.

“Seharusnya ada ruang masyarakat untuk terlibat dalam setiap tahapan proses penyusunan APBD,” Tambah Suryono Pane.

RAPBD TA 2012 juga tidak memiliki asas keadilan karena disebutkan terdapat satu anggaran yang dipergunakan untuk pengadaan mobil dinas untuk pimpinan Fraksi DPRD Kab Pasuruan.

Sementara itu, Ketua DPRD Kab Pasuruan, Irsyad Yusuf, mengatakan jika sebenarnya penundaan pengesahan ABBD sejak pembahasan pada September lalu telah dilakukan.

“Penundaan (pengesahan) sudah dilakukan, mestinya kan tanggal 5 Desember kemarin,” ujar Irsyad Yusuf.

Berkaitan dengan tudingan tidak adanya transparansi selama proses penyusunan, pihaknya menyanggah karena tanggung jawab untuk mengundang ormas maupun stake holder lain dalam proses penyusunan APBD, sepenuhnya di pihak eksekutif. tj

Selasa, 13 Desember 2011

Anggota Dewan Makelari Proyek


PASURUAN - Anggota Fraksi PPP, DPRD Kota Pasuruan, Ubaidillah diduga mengambil keuntungan pribadi memanfaatkan jabatannya, setelah dilaporkan memakelari proyek fisik kepada seorang kontraktor, bernama Rosmita, warga Perum Bugul Permai Kecamatan Bugul Kidul.

Ubaidillah sebelumnya memberikan iming-iming kepada Rosmita untuk mendapat pengerjaan dua proyek gorong-gorong. Sebagai jaminan, ia meminta bayaran kepada Rosminta sebesar Rp10 juta.

Namun proyek tidak didapatkan malah uang yang diberikan kepada Ubaidillah yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi II yang membidangi masalah perekomian itu amblas. Karena kesal menagih janji palsunya, Rosmita akhirnya meminta kembali uang yang dibayarkan pada bulan Mei itu.

"Uang itu saya berikan diawal perjanjian. Tapi, pekerjaan gorong-gorong yang dijanjikan tidak saya dapatkan," ujar Rosmita di gedung DPRD Kota Pasuruan.

Menurutnya, peristiwa itu bermula ketika ia bertemu Ubaidillah dalam sebuah kesempatan, dan selanjutnya ia dijanjikan dua item pengerjaan ‘jatah’ proyek di daerah pemilihan Ubaidillah di Gading Rejo.

Proyek tersebut diberikan kepada Rosmita, asalkan fee proyek diberikan terlebih dahulu.

"Proyek tersebut ternyata tidak ada. Upaya mediasi dan melapor pada Badan Kehormatan sudah kami tempuh. Tapi tetap tidak ada tanggapan serius," tandas Hartono, aktivis LSM mendampingi Rosmita.

Ubaidillah belum berhasil dikonfirmasi karena saat ini masih menjalani kunjungan kerja di luar propinsi. Namun dalam surat pernyataan diatas kertas bermaterai cukup, ia menyatakan kesanggupan mengangsur uang Rosmita yang diakui sebesar Rp 8 juta disaksikan Zainul Arifin, Wakil Ketua DPRD Kota Pasuruan.

Dalam pernyataan itu, Ubaidillah akan melakukan pengembalian uang dari honornya setiap selesai mengikuti kegiatan dewan.

Ketua DPRD Kota Pasuruan, Ismail Marzuki menyatakan bahwa persoalan tersebut merupakan urusan pribadi yang tidak ada sangkut paut dengan tugas dan tanggung jawab kelembagaan DPRD. Pihaknya menghimbau agar persoalan tersebut segera diselesaikan secara kekeluargaan. tj

Kemampuan BPBD Tangani Bencana Terbatas


PASURUAN – Kemampuan penanganan tanggap darurat maupun kesiapsiagaan sistem waspada dini dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab Pasuruan diakui masih terbatas dan belum sempurna, sehingga rentan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam yang sewaktu-waktu terjadi.

Hal tersebut terungkap pada paparan pemetaan daerah rawan bencana oleh Kepala BPBD Kab Pasuruan, Yudha Tri Widya Sasongko, dalam kegiatan kunjungan kerja Kepala Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana (BNBP), Syamsul Maarif, beberapa waktu lalu, di Aula Untung Surapati, Pemkab Pasuruan.

Dari paparan tersebut diketahui, jika terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah Kab Pasuruan menangani tanggap darurat bencana yang menjadi tanggung jawab BPBD ini, lebih disebabkan kurangnya peralatan dan perlengkapan serta personalia.

Secara panjang lebar dituturkan, untuk memback-up kemungkinan bencana banjir yang bisa terjadi di beberapa titik sekaligus, BPBD hanya memiliki 2 perahu, jauh dari jumlah ideal yang seharusnya dimiliki yakni 6 perahu.

Kendaraan roda dua dan Mobil rescue khusus untuk menangani bencana, hanya ada di Dinas Sosial yang dapat difungsikan saat terjadi bencana.

Kondisi tenda regu, peleton dan komando saat ini juga rusak. Namun, untuk keperluan tenda ini, BPBD menegaskan telah memaksimalkan kordinasi lintas sektor khususnya dengan intansi TNI, sehingga tenda dapat segera terpasang di lokasi jika terjadi bencana.

Belum lagi kekurangan jumlah pelampung dan rompi dari kebutuhan ideal yang mencapai 80 buah dan minimnya set perlengkapan dan peralatan dapur umum, hingga tidak adanya sarana truk toilet bagi korban bencana.

Jumlah alat-alat berat yang sudah dimiliki seperti loader dan ekskavator serta genset untuk memenuhi kebutuhan listrik di lokasi bencana disebutkan belum sepenuhnya terpenuhi.

Lebih parah, alat komunikasi untuk digunakan petugas di lapangan ataupun posko baik berupa HT dan GPS bisa dikatakan juga belum terpenuhi.

Lebih jauh dijelaskan Yudha, untuk penanganan bantuan berupa air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan jika musim kemarau tiba, jumlah armada tangki air hanya terdapat 2 mobil tangki saja. Padahal untuk mencukupi 38 desa di 10 kecamatan seperti yang telah teridentifikasi dari bencana kekeringan tersebut, jumlah truk tangki idealnya dipersiapkan lebih dari 4 truk.

Selain kesiapan logistik dan peralatan, dipaparkan kesiapsiagaan makanan bagi warga korban bencana relatif masih memiliki banyak kekurangan.

Dengan jumlah 1,5 juta jiwa penduduk Kab Pasuruan yang dianggap rentan terkena bencana, persediaan beras hanya dialokasikan sebanyak 720 kilogram. Menurut perhitungan untuk persediaan beras ini setidaknya sebesar 45.300 kilogram.

Namun demikian untuk mencukupi kekurangan beras itu, pemerintah daerah dikatakan sudah memiliki cadangan beras sebesar 100 ton yang disimpan di Dolog yang setiap saat siap digunakan untuk kebutuhan korban bencana.

Persediaan sandang dan makanan siap saji agar distribusi kepada warga korban bencana lebih mudah dan cepat hingga kini masih belum ada.

Dijelaskan sebelumnya, bahwa Kab Pasuruan secara geografis, memiliki luas wilayah sekitar 1.474 km persegi, yang terbagi sebesar 33 persen mencakup daerah pegunungan dan lebih 67 persen merupakan wilayah dataran rendah. Sedangkan panjang pantai yang terbentang di wilayah Kab Pasuruan, mulai dari sisi barat hingga timur sekitar 48 kilometer.

Secara administratif, Kab Pasuruan terdiri dari 24 Kecamatan dan masing-masing tersebar memiliki beragam potensi bencana alam berbeda.

Dari tigabelas bentuk maupun kategori bencana yang ada, Kab Pasuruan memiliki sembilan ragam potensi bencana, diantaranya banjir; tanah longsor; banjir rob; puting beliung; sambaran petir; gempa; erupsi gunung berapi; serta potensi bencana akibat kegagalan teknologi.

Dari sekian potensi itu, dituturkan oleh Yudha Tri Widya Sasongko, bahwa bencana banjir dan longsor, secara kwantitatif merupakan potensi bencana terbesar yang terjadi di wilayah Kab Pasuruan.

Secara spesifik dijelaskan oleh Yudha bahwa yang teridentifikasi dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir terdapat 10 Kecamatan yakni Beji; Bangil; Kraton; Rejoso; Grati; Nguling; Winongan; Gondang Wetan; Pohjentrek; dan Kec Rembang.

Dari pemetaan daerah rawan banjir itu diketahui terdapat 89.726 jiwa, jumlah populasi Kab Pasuruan, yang memiliki kerentanan menghadapi bencana banjir.

Sementara dari hasil pemetaan daerah rawan longsor, BPBD berhasil mengidentifikasi 10 kecamatan yakni Lumbang; Puspo; Tosari; Tutur; Pasrepan; Gempol; Prigen; Purwosari; dan Kec Purwodadi.

Dari semua hal di atas, BPBD Kab Pasuruan hanya melakukan upaya peningkatan kapasitas lembaga yang masih berusia 10 bulan ini, baik kordinasi dengan komponen lain berupa pelatihan bersama maupun bentuk kegiatan lain seperti sosilalisasi bahaya bencana. tj

Sipir Lalai, Napi Kabur


PASURUAN – Diduga sipir lalai, seorang narapidana (Napi) penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-B (Lapas) Pasuruan Kabur.

Napi kesit itu bernama Tali (32), tercatat sebagai warga Desa Plososari, Kec Grati, Kab Pasuruan. Seorang napi yang tersangkut kasus perampasan motor dan divonis 2 tahun 3 bulan.

Tali menjadi penghuni lapas sejak 3 bulan terakhir setelah sebelumnya berstatus pindahan dari Rumah Tahanan (Rutan) Bangil.

“Tali baru menjalani masa hukuman separuhnya" Kata Acep Fakhrudin, Kepala Lapas Pasuruan, dijumpai di depan Lapas. Selasa (13/12).

Tali berhasil mengelabui sipir dan meninggalkan dua rekan napi lainnya saat menjalani rawat jalan di Puskesmas Pembantu (Pustu) Kel Kebonsasi, Kota Pasuruan pada Jum’at (9/12) lalu.

Tali turut berobat di Pustu Kebonsari yang berjarak sekitar 100 meter dari Lapas itu, setelah di sekitar pangkal pahanya terserang penyakit gatal-gatal.

Cara mengelabui yang digunakan Tali pun tergolong sederhana, dengan hanya bermodal pamit ke sipir pergi ke kamar mandi untuk pura-pura buang air kecil.

"Petugas yang mendampingi narapidana waktu itu tiga orang," lanjut Acep Fachrudin.

Tali pun kian leluasa karena sipir tidak melakukan pengawalan kepada diri Tali, bahkan diperkirakan juga belenggu yang seharusnya terpasang di kedua lengan Tali saat itu juga terlepas.

Tidak diketahui secara pasti, Tali berhasil kabur waktu itu apakah melalui pintu Pustu seperti saat masuk sebelumnya atau meloncat dari jendela kamar mandi kemudian melarikan diri dengan melintasi sungai kecil samping Pustu atau masuk ke rimbunan kebun belakang dan menghilang ke pemukiman warga.

Ironisnya, sampai saaat ini keberadaan napi kesit tersebut, belum juga diketahui. Polisi juga masih melakukan pengejaran dan menyelidiki kemungkinan adanya kelalaian ataupun terdapat unsur kesengajaan yang diduga dilakukan oleh sipir.

Kaburnya napi ini diakui sebagai sebuah kelemahan, karena Lapas tidak tersedia tenaga medis yang setiap waktu melayani napi dan penghuni lain. Padahal di dalam lapas sudah ada ruang khusus untuk pelayanan kesehatan.

Tiga sipir yang mengawal Tali dan dua napi lain yang berobat waktu itu, dari informasi dituturkan bahwa sudah diperiksa di Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Timur. Namun, tidak dijelaskan secara pasti kemungkinan sanksi indisipliner yang diberikan kepada sipir maupun lapas sebagai institusi karena dianggap lalai.

Acep yang juga mantan Kalapas Bengkulu ini menegaskan kasus napi kabur ini baru pertama kali terjadi sejak ia menjabat di Lapas Pasuruan dan ia juga tidak bersedia memberikan jawaban terkait sikap tegasnya sebagai bentuk tanggung jawab seorang pimpinan. tj

Senin, 12 Desember 2011

Polisi Usir Buruh Di Gedung Dewan


PASURUAN – Aksi buruh PT Winaros Kawula Bahari (PT Winaros), yang menduduki gedung DPRD Kab Pasuruan, berakhir dengan pengusiran paksa aksi oleh polisi. Senin (12/12).

Sejumlah polisi melalui komando Kabagops Polres Pasuruan, Kompol Jajak Suherman, saat itu seakan tidak memiliki belas kasih, melakukan pengusiran terhadap buruh berjumlah sedikitnya 50 orang itu.

Polisi menganggap buruh telah melakukan pelanggaran keamanan dan ketertiban di dalam gedung karena tidak memiliki ijin untuk aksi di dalam gedung DPRD Kabupaten Pasuruan.

Suasana gedung dewan pada siang itu terlihat mengharu biru, pasalnya hampir seluruh buruh hanya mampu melakukan perlawanan dengan menangis duduk bersimpuh di lantai depan sejumlah ruangan komisi gedung dewan itu.

Namun, tangis histeris buruh tidak mengendurkan sikap ‘garang’ polisi, dengan tetap memaksa buruh keluar, sehingga buruh satu persatu keluar gedung tanpa perlawanan.

Sebelumnya puluhan buruh PT Winaros, hanya melakukan aksi duduk di halaman gedung. Namun, saat polisi mengendurkan penjagaan, buruh berhasil menerombol masuk ke dalam gedung DPRD Kab Pasuruan dan selanjutnya menduduki gedung.

Aksi nekad ini dilakukan lantaran buruh kesal setelah sekian lama menunggu, ternyata rencana pertemuan antara buruh dengan anggota Komisi D DPRD Kab Pasuruan, yang telah diagendakan sebelumnya tidak kunjung dilakukan. Padahal rencana pertemuan itu dijanjikan sendiri oleh Ketua DPRD Kab Pasuruan, Irsyad Yusuf kepada buruh pada hari Senin (5/12) lalu.

“Sing duwe tanggalan puenting iku opo wong gedhe tok, wis dilingkari kok yo ga ditepati, malah rakyate diusir-usir…! (Yang punya hari penting itu apakah cuma pembesar saja, tanggal pertemuan sudah dilingkari tapi ternyata tidak ditepati, malah kami diusir),” kata Ratih, buruh PT Winaros.

Salah satu pendamping buruh, Suryono Pane, menilai bahwa peristiwa ini menunjukkan sikap pemerintah daerah maupun anggota DPRD Kabupaten Pasuruan, melepas tanggung jawab dan sengaja menelantarakan buruh yang membutuhkan perlindungan.

Buruh berharap agar pemerintah memberikan sanksi terhadap PT Winaros karena telah melakukan pelanggaran dengan melarang sekitar 152 buruh bekerja tanpa dasar.

Selain pemberian sanksi, buruh juga menuntut agar perusahaan memberikan gaji dan upah selama hampir tiga bulan tidak diperbolehkan bekerja, pasalnya buruh selama ini merasa tidak melakukan kesalahan yang merugikan perusahaan.

Sementara itu, sekitar 300 karyawan PT Shou Fung Lastindo yang berlokasi di jalan raya Legok, Kec Gempol, Kab Pasuruan melakukan aksi spontanitas dengan memblokir pintu gerbang pabrik. Akibatnya aktivitas pabrik yang memproduksi sapatu itu lumpuh.

Aksi dilakukan menyusul lima rekannya yang diketahui aktif dalam sebuah serikat pekerja dipecat sepihak tanpa alasan yang jelas, sehingga pihak manajemen dinilai telah mengkebiri hak-hak untuk berserikat.

Buruh juga menuntut kenaikan gaji dan hak-hak normatif lainnya. Pasalnya, sejak
pabrik berdiri, gaji yang diterima dibawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang saat ini sebesar Rp 1,252 juta.

Salah satu buruh PT Shou Fung Lastindo, Rani mengaku hingga kini hanya menerima upah sebesar Rp 25 ribu per hari dan hak lain seperti upah lembur dan tunjangan lain jauh dari kata layak. tj

Minggu, 11 Desember 2011

Tanah Longsor Lukai Warga


PASURUAN – Hujan deras yang mengguyur wilayah Dsn Rojopasang, Desa Gerbo, Kec Purwodadi, Kab Pasuruan pada Sabtu (10/12) sore kemarin mengakibatkan sebuah tebing di Desa Gerbo, Kec Purwodadi, Kab Pasuruan longsor.

Akibatnya, sebuah rumah roboh tertimbun longsoran tanah dan kaki kanan seorang warga patah serta sepasang suami istri (pasutri) dan seorang anak perempuannya menderita luka ringan setelah diterjang tanah longsor.

Korban patah kaki bernama Suliyati (27) saat ini dirawat di Puskemas Purwodadi, sedangkan korban pasutri masing-masing bernama supardi (45), Rukiyani (43) dan anaknya bernama Indah (12), menderita lecet pada sebagian tubuh dan tangan.

Dari informasi diketahui peristiwa tersebut terjadi di tengah guyuran hujan deras sekitar pukul 16.30 WIB.

Sebelum peristiwa longsoran, dari penuturan diketahui bahwa Suliyati sebelumnya hendak mengambil buah jeruk yang ditanam tidak jauh dari rumah Supardi.

Seperti biasanya, Suliyati kemudian mampir ke rumah Supardi dan mendapati keluarga itu tengah asik bercengkrama dan menghangatkan diri di dalam dapur rumah semi permanen terbuat dari anyaman bambu itu.

Suliyati yang mengetahui ada ancaman longsoran di belakang rumah itu, memperingatkan keluarga Supardi untuk menjauhi dapur.

Keempat orang yang ada di dalam dapur itu pun pindah ke ruang depan dan Suliyati berpamitan untuk kembali pulang. Namun, belum sempat Suliyati keluar, tiba-tiba rumah ambruk tertimbun longsoran sebuah ‘barongan’ bambu yang berdiri di atas tanah tebing bersama matrial tanah lainnya hingga melukai mereka.

Kepala BPBD Kab Pasuruan, Yudha Tri Widya Sasongko, menuturkan bahwa pihaknya masih melakukan upaya rehabilitasi terhadap rumah maupun para korban dan melakukan pendataan kerugian akibat tanah longsor.

Dari pantauan di lapangan, kondisi sebuah rumah milik seorang nenek bernama Wastiah, di Dsn jajang kulon, Desa Gerbo, Kec Purwodadi memperihatinkan dan terancam ambruk.

Pasalnya, tanah yang menopang pondasi rumah semi permanen nenek Wastiah mengalami longsor terlebih saat hujan deras. tj

Jumat, 09 Desember 2011

Hari Anti Korupsi Se-Dunia Di Pasuruan


Keluarga Nyasaruddin Ngamen 

PASURUAN – Berbagai cara dilakukan warga maupun komponen lain di Pasuruan, dalam memperingati hari anti korupsi se-dunia yang jatuh pada 9 Desember kali ini.

Keluarga ‘Nyasaruddin’ dalam momentum ini memberikan pesan moral dengan menggelar aksi ‘Ngamen’ di Kejaksaan Negeri, Pengadilan Negeri dan Kepolisian, baik di wilayah Kota maupun Kabupaten Pasuruan.

Aksi di sejumlah instansi hukum ini oleh Hari Widianto, Kepala Keluarga ‘Nyasaruddin’ dikatakan sebagai bentuk kritik sekaligus dukungan terhadap aparat penegak hukum agar dapat lebih tegas memberantas kasus korupsi di Indonesia.

Penyelesaian berbagai kasus korupsi yang menggerogoti uang Negara selama ini, oleh keluarga pelantun lagu ‘Nyasaruddin’ yang dikenal di dunia maya itu, disebutkan terkesan setengah-setengah.

Dicontohkan bobolnya Bank Century atau buramnya kasus cek pelawat dalam pemilihan Gubernur BI yang membuat Nunun Nurbaeti kabur seakan ‘musnah’ tertelan bumi, dipandang belum ditangani secara serius oleh para penegak hukum.

“Kami meminta kepada aparat hukum untuk lebih berani dan tegas lagi terhadap koruptor di negeri ini,” ujar Hari Widianto.

Sementara itu, Wakapolresta Pasuruan, Kompol Abu Bakar Husein memberikan apresiasinya terhadap aksi ngamen Keluarga ‘Nyasaruddin’ dengan mengatakan bahwa aksi ini menunjukkan pesan nilai-nilai moral terhadap para penegak hukum dalam memberantas korupsi.

Selain itu, sikap positif yang ditunjukkan oleh Keluarga ‘Nyasaruddin’ ini dapat menjadi spirit, khususnya kepada aparat kepolisian agar dalam tugas pelayanannya untuk lebih aktif dan bertindak sesuai aturan dan norma.

Pihaknya menyanggah ungkapan bahwa kinerja aparat hukum disebut masih berjalan di tempat atau tidak serius menangani kasus korupsi baik yang terjadi di daerah hingga tingkat pusat.

Namun demikian, pihaknya berharap sinergi dan keterpaduan dalam pemberantasan kasus korupsi dengan masyarakat secara luas dapat lebih ditingkatkan sehingga dampaknya akan lebih baik.

“Ini satu keluarga yang dapat memberikan inspirasi kepada aparat polisi untuk bertindak sungguh-sungguh dalam tugas pemberantasan korupsi,” ujar Kompol Abu Bakar Husein.

Ditegaskan juga jika tugas terberat dalam kasus pemberantasan korupsi ini adalah memperbaiki mental korup yang saat ini sepertinya sudah membudaya di tengah masyarakat sebagai salah satu hal mendasar dalam upaya pencegahan agar kasus korupsi tidak lagi terjadi.

Aksi Tunggal Enteng

Seniman nyentrik bernama Enteng Sanjaya juga tidak ingin ketinggalan melakukan aksi dalam hari anti korupsi se-dunia.

Enteng bahkan rela sekujur tubuhnya dicat warna merah dengan hiasan replika gada (pentungan) dan tikus yang dibawa, sebagai gambaran lemahnya pemberantasan berbagai kasus korupsi selama ini.

Menariknya, Enteng menulis berbagai profesi dan jabatan dalam pada tubuh replika tikus, baik penegak hukum, eksekutif maupun legislatif.

Enteng pun kemudian mengekspresikan diri dengan roadshow keliling Kota Pasuruan dengan menggunakan sepeda onthel butut miliknya.

Hal itu dilakukan Enteng sebagai bentuk pengingat moral kepada para penguasa dan aparat penegak hukum agar lebih aktif memberantas kasus korupsi.

Namun, setelah beberapa waktu menggelar aksi, sekitar pukul 13.15 WIB, Enteng menerima sebuah telepon bernada intimidasi.

Menurut Enteng, telepon itu diterima dari seseorang yang diketahui anggota LSM dan menanyakan alasannya menempel kalimat “LSM” di tubuh replika tikus yang dijadikan sebagai alat peraga aksi saat itu.

Dijelaskan oleh Enteng, si penelepon tidak lama kemudian mengakhiri telepon dengan kalimat “mene lek ono opo-opo aku ga tanggung jawab” atau “besok kalau ada apa-apa aku tidak bertanggung jawab”.

“Pertama saya ditanya siapa yang menyuruh aksi, terus saya menjawab kepada si penelepon bahwa aksi saya tidak disuruh oleh siapa-siapa karena murni dari hati nurani saya,” kata Enteng.

Enteng mengaku dari sejumlah aksi yang pernah dilakoninya, baru pertama kali ini merasa diintimidasi oleh seseorang yang diketahui anggota sebuah LSM di Kota Pasuruan.

Selain itu, di waktu yang hampir bersamaan, mahasiswa yang terhimpun dalam HMPS PKN STKIP PGRI Pasuruan juga melakukan aksi damai dengan membagi selebaran anti korupsi, di perempatan Jl. Balaikota Pasuruan. tj